Selasa, 30 Juni 2015

Lapis Singkong (Inspirasi Hidangan Ramadhan)

”Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda : Ketika datang bulan Ramadhan: Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu Jannah dibuka, pintu Neraka ditutup, Setan- Setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya ( tidak beramal baik didalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini). 
( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi) 


Kami sekeluarga punya lapis singkong favorit yang dijual di sebuah toko. Rasanya enak, manis gurih, harum, trus teksturnya padat kenyal-kenyal. Camilan yang mengenyangkaaan. Dikemas mika bening dalam bentuk potongan balok panjang kecil. Jadi pengen bikin.

Sebenarnya membuat olahan singkong malas benaaar. Pertama, singkongnya jarang, kedua bayangin repot pake marut-marut segala, trus khawatir dengan kandungan racun asam sianida di dalamnya.  Ah, tapi kalo kebayang males ini itu sayang juga. Banyak kue tradisional enak yang bisa dibuat dari singkong sebut saja tiwul, sawut singkongcombro, misro, timus, ada tuh lapis santan singkong gula merah (hehe enggak apal namanya), termasuk kue murah meriah satu ini.

Beruntunglah di pasar dekat rumah ada jasa pemarutan singkong. Alhamdulillah hilang satu kemalasan. Tinggal mengurangi resiko asam sianida dengan seyogyanya merendam singkong yang telah dikupas beberapa jam baru kemudian diparut. Tapi kemarin keburu bersemangat memulai, jadi males merendam-ria. Bismillah aje dahhh, moga-moga enggak keracunan hihi.

Alhamdulillah ketemu resep kue lapis singkong di blog-nya Bu Ricke Indriani. Kelihatannya enaak, nyontek ah ^-^. Basis berat singkong yang saya gunakan adalah singkong yang sudah dikupas dan diparut. Kalau Bu Ricke basisnya singkong yang telah dikupas. Jika penyuka rasa manis bisa ditambah gula pasir 30 - 40 g. Hasil lapisnya Alhamdulillah enak, kenyal-kenyal padat gitu. 


Kamis, 25 Juni 2015

Serabi Pandan (Inspirasi Hidangan Ramadhan)

Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT. Aamin Ya Rabb.

Hari ini nongkrong berjam-jam di depan kompor nungguin serabi mateng. Maklum cetakan tanah liatnya cuma satu biji. Sebelumnya saya tergoda pakai cara pintas : memakai cetakan kue lumpur, maksudnya biar cepat selesai. Tapi serabinya jadi kurang istimewa karena kehilangan aroma khas tanah liat dan penampakan "pantat" serabi melengkung gosong kecokelatan gimanaaa gitu. Hitung-hitung melatih kesabaran wkwkwk. Alhamdulillah pengorbanan tak sia-sia. Kebetulan ada saudara main ke rumah dan langsung kami oleh-olehi serabi-serabi. Paling seneng lihat makanan buatan kita bisa dinikmati orang lain, syukur-syukur mereka suka. Prihatin kalau malah terlantar berhari-hari di kulkas enggak ada yang makan. 

Cetakan tanah liat ada baiknya kita rebus bersama air selama beberapa menit. Air yang telah mendidih lalu kita buang dan cetakan dikeringkan. Olesi permukaan dalam cetakan, panaskan sekali lagi dengan api kecil. Lalu kita angkat sisa-sisa minyak dengan tissue. Panaskan untuk ketiga kalinya sebelum memasukkan adonan serabi. Pastikan cetakan cukup panas ketika adonan masuk. Cara membuktikannya, tuang sedikit saja air lalu ketika bunyi cesss... berarti cetakan siap sedia. Kalau takut ada sisa adonan serabi yang lengket di cetakan, olesi tipis minyak di permukaannya. Setelah beberapa kali memasak adonan, secara ajaib serabi tidak lengket walau cetakan tak dioles minyak.

Jujur tekstur serabi tidak selembut impian kami tapi Alhamdulillah juga enggak kaku keras seret amat. Jika ingin melembutkan, mungkin bisa ditambahkan santan instant lagi dari 65 ml menjadi 125 ml. Alhamdulillah aroma dari ragi instant juga samar-samar, lebih didominasi aroma pandannya. Rasanya tak terlalu manis, lebih ke gurih biar kontras ama manisnya kuah kinca. 


Jumat, 19 Juni 2015

Bacem Ayam (Inspirasi Hidangan Ramadhan)

Semoga hari ini puasa kita dimudahkan dan diberkahi Allah, ya ^-^

Mungkin ide membuat aneka bacem-an bukan barang baru. Hidangan bersahaja manis-manis gurih yang layak disimpan di kulkas sebagai stock panganan di bulan puasa. Sewaktu-waktu tinggal dihangatkan. Teknik pem-bacem-an sebenarnya pengawetan juga karena ada pemberian gula (biasanya gula jawa bahkan ada yang nambahin kecap) dalam jumlah signifikan dan proses pemasakan yang ngabisin gas. Dimulai dengan memberi bumbu-bumbu semacam bawang halus, ketumbar, lengkuas, asam jawa, daun salam, garam, gula jawa dan air (air kelapa biar lebih yahuddd) kedalam bahan-bahan berprotein tinggi (semacam tempe, ayam, ati ampela, tahu). Kemudian dilanjutkan dengn meng-ungkep bahan tadi dalam api kecil hingga cairan berkurang, bumbu meresap, dan bahan berwarna cokelat gelap. Bacem bisa langsung dimakan atau diolah lagi melalui penggorengan, pembakaran atau pemanggangan. Layak disandingkan dengan nasi putih hangat dan berbagai sayur mayur.

Sekarang ada cara sedikit "curang" dalam membuat bacem. Saya pernah melihat iklan Bango Bacem Ayam di tipi tapi baru mencoba akhir-akhir ini. Bentuknya semacam pasta hitam gelap yang berisi ramuan bumbu khas bacem. Di kala rasa malas mengupas dan menghaluskan bawang mendera, saya putuskan untuk meng-ungkep beberapa potong ayam negeri hanya dengan 1 sachet Bango Bacem Ayam, air, dan tambahan kecap. Tanpa tambahan lain. Hasilnya? Lho kok enaaak. Sempet was-was kalo nanti bakalan bau-bau jamu. Tapi ternyata enggak, aromanya alami rasanya manis gurih gitu juga.

Kali kedua coba bikin lagi tapi kali ini agak dibela-belain menambahkan bumbu seperti sedikit bawang halus, lengkuas, dan salam. Tapi tanpa kecap. Hasilnya? Tambah enaaak, Alhamdulillah. Tapi kalo mo cara minimalis seperti eksperimen awal juga enggak apa-apa ^-^ Ungkep bacem dalam waktu lama sampai daging (saya pakai ayam) empuk, bumbu meresap kedalamnya, dan warna cantik cokelat-cokelat. 


Resep Bacem Ayam a la Bango 
Hasil : lupa berapa potong ayam

Bahan-Bahan :
Ayam 2 ekor tapi bagian paha saja
Rempela sekitar 7 buah
Daun salam 1 lembar
Lengkuas 2 cm (geprek)
Ketumbar 1 sdt
Bawang merah 4 butir (sedang)
Bawang putih 2 butir (besar)
Garam menurut selera
Bango Bacem Ayam 2 sachet (@ 60 g)
Air 500 - 600 ml

Cara Membuat :
1. Haluskan bawang merah dan bawang putih
2. Campurkan ayam, bawang halus, Bango Bacem Ayam, dan bumbu-bumbu lainnya. Tambahkan air. Aduk rata.
3. Ungkep sampai bumbu meresap, ayam empuk, cairan berkurang, dan warna ayam mencokelat hitam dengan api kecil. Kalau kurang-kurang air atau garam bisa ditambah dikit-dikit. 


Selamat berpuasa ^-^
Salam Manizzzz

Selasa, 16 Juni 2015

Garang Asem Kudus (Inspirasi Hidangan Ramadhan)

Resep Garang Asam ini meniru resep Ibu Diah Didi. Setelah berbahagia dengan hasil resep bakpia cokelat renyah beliau, sekarang coba resep berikut. Masakan khas Kudus, Jawa Timur ini mirip opor, tapi menurut saya lebih segar dengan tambahan cabai rawit, tomat hijau, dan belimbing wuluh. Belum ditambah lagi aroma daun pisangnya, hmmm. Garang Asem yang dibuat bisa disimpan dalam plastik tertutup atau kontainer lalu disimpan dalam freezer (dalam kondisi sudah turun suhunya,ya). Kalau mo makan tinggal di thawing trus dikukus. Belum pernah mencoba awet sampai berapa lama mungkin sekitar 2 minggu karena dulu pernah nyimpen opor ayam di freezer baik-baik sajaaa ^_^ Apalagi ini yang proses masaknya 2 kali.


Kamis, 11 Juni 2015

Brownies Kukus Cokelat Pandan

Kemarin sempat bete. Pompa air rusak jadinya dan berimbas dengan kelangkaan sumber daya hayati ini di rumah kami. Tak sampai berhari-hari sih, tapi lumayan susahnya. Bayangkan mo mandi sulit, mo shalat enggak bisa wudhu, kalau haus jangan sampai minum karena takut ke toilet, mo nyuci tangan enggak bisa apalagi cuci baju atau piring. Air itu nikmat, yah. Setelah beberapa jam tukang pompa tiba. Mendadak Spiderman, Superman, bahkan Gatot Kaca, sudah enggak ada apa-apanya dibanding mereka.

Biasanya saya lebih suka mengurung diri di kamar dibandingkan menjadi mandor pekerjaan-pekerjaan kasar berbau alat, mesin, dan teknologi lainnya. Kali ini entah ada angin apa saya agak rajinan. Ternyata ada baiknya jadi mandor, sedikit-sedikit jadi belajar walaupun permukaan banget. Mengamati kedua tukang ini bekerja, antara bingung dan takjub. Mereka bukan Si Doel Anak Sekolahan, tapi ya kok ngerti dengan pompa dan seluk beluknya. Mereka juga berani mengambil tindakan kreatif ketika terjadi hal-hal yang meleset dari perkiraan selama perbaikan. Dilakukan dengan tenang dan tidak didahului dengan keluhan maupun kepanikan.

"Kamu belajar darimana?" tanya Mama yang juga terheran-heran melihat ketrampilan mereka.
"Ya, cuma mengamati kawan kami. Terus latihan, Bu, pengalaman. Lama-lama bisa" jawab salah seorang dari mereka sembari menyambung pipa-pipa.

Sederhananya, ya iyalah namanya juga tukang pompa. Pasti ngerti soal pompa hehe. Lalu saya sadar, di dunia ini ilmu Allah itu luas dan bisa diambil oleh siapapun yang berkeinginan.


Sabtu, 06 Juni 2015

Menyambut Ramadhan (Khotbah Nabi Muhammad SAW)

Ternyata ditengah gempuran transfer informasi melalui media elektronik (e-mail, Whatsapp, BBMan, dan lain-lainnya yang luput dari pemahaman saya), segelintir rakyat Indonesia masih mempertahankan cara konvensional, diantara berkiriman lewat pos. Segelintirnya termasuk orangtua saya dan beberapa temannya.

Ceritanya kemarin orangtua mendapat kiriman kumpulan buku agama kopian. Bentuknya seperti diktat kuliahan. Begitu melihat sekilas lembar demi lembar saya langsung bengong. Buku ini berisi rangkuman materi pengajian yang telah teman orangtua saya ikuti di Malang, Surabaya sana. Mereka benar-menar mencatat detail informasi, menyusunnya secara sistematis, mengetik ulang, memasukkannya kedalam diktat yang enak dibaca, hingga memperbanyak diktat-diktat tersebut supaya orang lain bisa merasakan manfaatnya. Masya Allah!

Sebagai kawula muda saya malu sendiri. Ikut pengajian bukannya jarang tapi enggak sering juga, mencatat juga rajin kok. Tapi entah dimana buku catatan saya sekarang huahaha. Sudah menempelkah ilmu yang saya peroleh saat itu? Sayangnya yang diingat malah humor-humornya si uztadz atau uztadzah -_-. Sepertinya kehadiran kiriman diktat-diktat ini berhasil menampar.

Berhubung menyesuaikan judul postingan diatas "Menyambut Ramadhan", saya salinkan beberapa materi dari diktat kiriman tersebut. Kali ini tentang khotbah Nabi Muhammad SAW di akhir bulan Sya'ban. Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Salman ra. Semoga kita diberi kesiapan Allah untuk menyambut Ramadhan jauuuuh lebih baik. Paling tidak dengan penuh kegembiraan ^_^.

Diantara khotbah Nabi Muhammad SAW :

- Wahai manusia, akan menaungi kalian bulan yang mulia penuh barokah, yaitu bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah fardhukan berpuasa pada siang harinya dan menegakkan Qiyamul Lail sebagai amalan sunnah.

- Barang siapa beramal di bulan Ramadhan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, maka ganjarannya sama dengan orang yang beramal fardhu pada bulan-bulan lainnya. Dan barangsiapa mengerjakan amalan fardhu pada bulan Ramadhan, baginya pahala 70 amalan fardhu pada bulan-bulan lainnya.

- Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan balasan atas sikap sabar adalah surga.

- Ramadhan adalah bulan diberikanNya berbagai pertolongan dan ditambahkanNya rezeki bagi kaum mu'min. Barangsiapa memberikan makan untuk berbuka pada orang yang berpuasa, baginya akan diampunkan dosa-dosanya dan diselamatkan dirinya dari neraka. Sedang pahalanya sama dengan orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi sedikitpun.

- Para sahabat bertanya : "Ya Rasulullah, bukankah tidak semua kita mampu memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa?" Rasulullah menjawab, "Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberikan sebutir kurma atau seteguk air atau sehirup susu."

- Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya diselamatkan dari api neraka.

- Barangsiapa yang meringankan beban bagi para hamba-hambanya/pembantu-pembantunya, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya dan menyelamatkannya dari siksa api neraka.

- Perbanyaklah 4 perkara di dalam bulan Ramadhan, 2 perkara agar kamu kerjakan dalam mencari ridho-Nya dan 2 perkara untuk yang sangat kamu perlukan dan butuhkan.

2 perkara yang kamu lakukan untuk mencari ridhoNya adalah :
1. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
2. Memohon ampun kepadaNya

2 perkara yang sangat kamu butuhkan adalah :
1. Permohonan agar kamu dimasukkan kedalam surga
2. Permohonan perlindungan dari api neraka


Salam Manis, Semoga Bermanfaat ya ^_^




Minggu, 24 Mei 2015

Pindang Patin Palembang

Di keluarga kami yang doyan ikan patin cuma saya seorang. Tidak semua manusia di muka bumi bisa menikmati tekstur dagingnya yang lembut sedikit berminyak dan menerima keberadaan kulit si ikan. Ada yang bilang geli-geli gimanaaa gitu.

Padahal kata Om Google ikan patin bermanfaat buat kesehatan, lho. Ikan ini rendah sodium (cocok untuk penderita hipertensi), tinggi kalsium, zat besi, dan mineral. Selain itu gampang dicerna oleh usus kita. Kandungan protein ikan yang bisa dijadikan hiasan ini cukup tinggi, yaitu sebesar 68,8%. Memang kandungan lemak ikan patin cenderung lebih tinggi dibandingkan ikan tawar lain semacam gabus dan mas. Namun jenis lemaknya dominan asam lemak tak jenuh yang bermanfaat bagi kesehatan, yaitu golongan Omega 3 (EPA dan DHA). Berdasarkan penelitian, konsumsi diet minyak yang mengandung EPA dan DHA dalam waktu panjang berdampak positif terhadap penurunan kematian sebanyak 45% akibat jantung koroner. Dari penelitian pula, orang Eskimo jarang yang meninggal mendadak akibat serangan jantung karena kebiasaan ini mengonsumsi makanan yang banyak mengandung Omega 3 seperti ikan.

Ya sudah, mari cinta ikan patin!


Jumat, 22 Mei 2015

Sambal Goreng Cirebon

Betapa bahagianya mengetahui kalau di pasar dekat rumah ternyata ada tukang daging yang mau membantu memotong daging kecil-kecil, sesuai permintaan kami. Tak hanya itu. Ada juga yang dengan senang hati mengiris-iris bawang merah maupun putih hingga memeraskan santan. Pasalnya kami dimintai tolong Tante membuatkan sambal goreng khas Cirebon untuk sebuah acara pengajian. Tentunya tanpa bantuan pedagang-pedagang pasar kreatif nan inovatif diatas, kami sudah pasti keteteran.


Ciri khas sambal goreng Cirebon ada di potongan kotak dagingnya dan terutama irisan cabe merah besar. Cobaan besar di bagian ngiris cabe merah. Mama saya lumayan perfeksionis untuk urusan ketebalan si cabe. Beliau pinginnya tipiiiiis tipiiisss banget biar cantik. Sebelumnya pake acara ngilangin biji cabe dulu. Beuuhh...Alhamdulillah teriris juga 1 kg cabe dalam waktu 3 jam (ketahuan enggak jago) dengan hasil jari-jari pedas dan mati rasa. Alhamdulillah baru terasa puasnya melihat irisan cabe tipis ini menghiasi si sambal goreng dan memperkaya aromanya. 

Rabu, 20 Mei 2015

Brownies Kukus Ny. Liem

Hari gini baru nyoba bikin brownies kukus (brokus)?

Biarin ah, namanya juga masih pemula ^^. Dulu sempat berjualan brokus dan lumayan mendatangkan sedikit recehan di celengan ayam saya. Resepnya dari teman Mama, kurang lebih sama dengan punyanya Ny. Liem berikut Tapi waktu itu hanya 1 layer. Di kesempatan siang berawan ini, ingin belajar yang 2 layer. Dan ternyata itulah yang menyebabkan sepotong brokus terasa tidak membosankan. Diantara tekstur spongy nan lembut terselip sesuatu yang lebih chocolatey ditengahnya. Enak! Aslinya di resep Ny. Liem, lapisan cokelat ditengahnya itu tercipta dengan menambahkan susu kental manis di adonan II. Tapi dasar nenek-nenek, saya kelupaan dan malah menambahkannya di seluruh adonan. Sebagai gantinya saya beri chocolate chips dan Alhamdulillah masih terbentuk juga lapisannya.

Berdasarkan kekeliruan yang saya alami selama ber-brokus ria, ada mutiara berharga, diantaranya ...

1. Bagian pencampuran Bahan C (DCC dan minyak sayur) dengan adonan. 
Kalau adonan agak tinggi, sebaiknya gunakan spatula yang tinggi pula gagangnya. Alasannya biar tangan tidak belepotan dan bagian bawah terjangkau. Kedua bahan ini agak ribet mencampurnya (atau sayanya aja ya yang agak-agak kurang hehe). Jangan sampai enggak tercampur rata. Bisa juga menggunakan cara pancingan. Maksudnya mencampurkan beberapa adanan ke Bahan C lalu memasukkannya lagi ke adonan semula lalu diaduk. Belum pernah di coba sih hehe, tapi pernah nonton atau baca di suatu media.

2. Bagian pengukusan
Sebenarnya kali ini tidak telaten di pengukusan. Disambi-sambi nyuci baskom (alesyan...) kurang dilihat besar kecil apinya. Tapi dampaknya si brokus bolong-bolong seperti rembulan. Diduga kuat karena api yang terlalu besar atau penambahan baking powder melebihi takaran -_- Ngukus bagian bawahnya pun kelamaan 10 menit jadinya agak basah. Jangan sampai pula ada setetes air yang menetes di brokus. Bisa-bisa bolong dalem seperti yang saya alami di satu pojok (foto disembunyikan). Hal sepele lainnya, sebelum dikukus, ratakan adonan dengan sendok makan dan ketok-ketok bersama loyangnya ^^


Rabu, 13 Mei 2015

Kue Lumpur Tanpa Kentang

Sedih juga mendengar Martha Stewart Living Indonesia akhirnya tidak diterbitkan. Padahal termasuk majalah favorit karena isinya inspiratif dan penuh ide segar. Walaupun belum banyak juga yang saya praktikkan ;p #pletakkk. Syukurlah selama ini sudah mengoleksi beberapa, kebanyakan berupa majalah gratisan yang saya peroleh dari demo di Rumah Inspirasi tahun 2013 - 2014 lalu (ngakunya majalah favorit, malah doyannya yang gratisan huuu... >_<). Lumayanlah untuk kenang-kenangan *sambil mengusap air mata*.

Bicara soal resep belum dipraktikkan, resep kue lumpur salah satunya. Diambil dari artikel "Masakan Penuh Cinta" yaitu liputan mengenai kegiatan perkumpulan pecinta makanan Indonesia. Diantara foto-foto cantik yang ditampilkan, terselip foto tumpukan kue-kue lumpur tebel-tebel, keliatan rich, dengan kekhasan kerak cokelat kehitam-hitaman di pinggirannya. Jadi tergoda mencicipi ^_^


Senin, 11 Mei 2015

Lemper

Kecuali di bagian pembungkusan, membuat lemper tak serumit yang dibayangkan. Ada 4 tahap utama, (1) Penyiapan bahan isian (2) Penyiapan adonan ketan (3) Pembungkusan (4) Pengukusan. Membuat bahan isian dan adonan ketan bisa dilakukan sehari sebelumnya. Simpan bahan isian di refrigerator, ketan cukup di suhu ruang. Asal lempernya besok segera dikukus, biar awet. Mau lebih kilat lagi, gunakan isian semacam abon. Bisa abon ayam, sapi, bahkan ikan. Rasanya suka-suka, manis boleh, pedas hayoook. 

Seperti sudah saya keluhkan, tahap pembungkusan paling enggak asyik. Jujur saja, kemarin saya hanya menonton Mama membungkus lemper-lemper satu per satu. Beliau memang sudah malang melintang di bidang ini. Waktu itu, jumlah daun pisang hanya sedikit, nyaris kurang. Kalau nekat turun tangan, dipastikan akan buanyaaaak daun pisang robek disebabkan ketidaklihaian saya, hihi. 

Sedikit yang saya pelajari dari Mama, pilihlah daun pisang yang bagus. Baik dari penampilan (tidak jelek-jelek amat) dan tidak mudah robek. Yang terakhir agak sulit karena kemarin ada beberapa yang robek. Ada saran budhe dulu, sebaiknya daun pisang "dilemaskan" satu per satu di atas api kompor. Sebentar saja jangan sampai gosong. Repot memang, tapi sepadan.

Sebelum dibungkus, sebaiknya ketan diisi dulu. Dikepal-kepal hingga berbentuk bulat lonjong. Lakukan sampai titik ketan penghabisan. Baru setelah itu, dibungkus pake daun pisang dengan bentuk konvensional, lonjong memanjang. Kalau hati kita lagi sabar atau buat jualan, bentuk kecil-kecil biar cantik. Tapi ukuran besar juga tak masalah, toh rasanya masih kayak lemper hehe ^_^


Rabu, 06 Mei 2015

Resensi Buku : Bisnis Rumahan untuk Para Ibu

Judul Buku : Bisnis Rumahan untuk Para Ibu
Penulis : Ari Kurnia Yuristanti
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2011
Tebal Halaman : 171 halaman

Sekitar 3 tahun lalu, diajak teman ikut kursus merangkai aksesoris dari manik-manik dan kain perca. Acara terselenggara atas inisiatif Mbak Roza Rianita Nursetia (Mbak Ocha) dan Mbak Ari Kurnia Yuristanti (Mbak Ari). Nah, kami para peserta, dikasih oleh-oleh yang sangat bermanfaat : bahan-bahan yang kami pakai buat kursus, satu buku karangan DIY aksesoris karangan Mbak Ocha, dan buku yang disusun mbak Ari ini. 

Saya selalu ngumpulin buku tentang kewirausahaan. Buat gaya-gayaan doang sih, mempraktikannya setengah-setengah, hihi. Namun jujur, ini salah satu buku kewirausahaan favorit! Alasan pertama, bukunya tidak terlalu tebal. Entah kenapa kalo jumlah halamannya dikit lebih semangat baca. Selain itu relatif mudah dibawa-bawa karena kertasnya pun terbilang ringan. Alasan kedua, buku yang tetap menarik walau tanpa ilustrasi didalamnya ini ditulis oleh seorang perempuan. Ada perbedaan antara cara berbisnis perempuan dan laki-laki, mengingat perempuan memiliki fungsi dan tanggungjawab khusus, apalagi pas mereka telah jadi istri dan ibu. Pilihan bisnis pun harus dicermati, berbeda dengan kaum adam dalam hal manajemen waktu dan teknis berbisnis lainnya. Ketiga, serasa seperti berdiskusi santai dengan teman atau kerabat. Bahasa yang Mbak Ari pakai sederhana, mudah dipahami, dan apa adanya.


Sabtu, 02 Mei 2015

Resensi Buku : Hidup Sederhana

Judul Buku : Hidup Sederhana
Penulis : Desi Anwar
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Halaman : 288 halaman
Tahun Terbit : 2014

Pernah terpikir untuk membuat buku harian pribadi yang lebih dari sekedar "tong sampah". Tempat pembuangan keluh kesah, rasa sakit, patah hati, kekecewaan, perasaan jatuh cinta, kebahagiaan tak terbendung, yang mengalir begitu saja, terlalu apa adanya. Yaaah, saat ini saya asyik menulis dengan perasaan. Tidak rapih. Mentang-mentang habis nulis bukunya langsung disembunyikan di bawah lemari pakaian :(.

Sebenarnya tak keliru juga, toh buku harian fungsinya kan mengurangi beban di kepala. Daripada curhat enggak jelas kemana-mana. Namun setelah membaca buku Hidup Sederhana karya Desi Anwar ini, saya mulai mempertimbangkan cara saya menulis pengalaman hidup pribadi. Semua peristiwa bisa menyisakan berbagai rasa, entah itu pahit dan manis. Tapi alangkah baiknya bila kita memandang lebih ke dalam, menyadari segala sesuatu tidak terjadi tanpa sebab, segala kesulitan selalu dibarengi hikmah. Dan dengan izin Allah, menghantarkan kita berpikir lebih bijak dan bertindak lebih baik ke depannya. Syukur-syukur buku harian kita bisa bisa nyasar ke penerbit trus bermanfaat bagi sebanyak-banyak orang *eaaa... ngelantur*


Hidup Sederhana merupakan kumpulan 54 cerita pengalaman yang bersumber dari pengalaman, kenangan masa kecil, pandangan hidup, dan kebiasaan yang dilakukan dalam menyiasati kerumitan hidup Desi Anwar. Buku setebal 288 halaman ini aslinya berbahasa Inggris dan yang jatuh ke tangan saya merupakan versi terjemahannya. Awal jatuh cinta sebenarnya gara-gara cerita keempat, Menjadi Kanak-Kanak. Pada cerita berikut, beliau memandang bahwa ada beberapa kecendrungan anak-anak, yang tak salah kita balikkan lagi ke kehidupan dewasa. Tengoklah kutipan ini :

"Sebagai anak, Anda juga tak mudah untuk menghakimi. Bila Anda melihat sesuatu yang aneh pada diri seseorang, Anda bisa bertanya mengapa atau berkomentar, tetapi Anda melakukannya tanpa dilandasi kritikan, penghakiman terselubung, atau perasaan lebih unggul. Sebab pertanyaan Anda didasarkan pada ketertarikan dan rasa ingin tahu, bukan karena Anda bersikap menghakimi atau membanding-bandingkan mereka dengan diri sendiri." (Menjadi Kanak-Kanak, Halaman 26)

Mungkin diantara kita pernah ada mengira perintis pembaca dan mantan reporter program berita harian populer, Seputar Indonesia, ini adalah sosok serius dan penuh pemikiran. Ya, beliau memang cerdas dan penuh pemikiran, namun tulisan-tulisannya di sini dijamin tidak membuat pembaca terserang migrain. Saya yang lemot ini saksi hidupnya wkwkwk. Sesuai janji judul yang diberikan, Hidup Sederhana, ia menulis hal-hal yang sederhana. Hal-hal sederhana yang kalau ditemukan dan dijalani dengan penghayatan akan menimbulkan perasaan bahagia. Cocok bagi pembaca yang sering berhadapan dengan keruwetan hidup, ketakutan masa depan, dan kompleksitas hubungan antar manusia.


Beberapa tulisan mengupas beberapa kebiasaan atau rutinitas beliau yang dirasa bermanfaat. Seperti kegiatan merapikan barang yang dituangkan dalam cerita Lapangkan Ruang.

"Ada kenikmatan yang terasa dengan merapikan rak, lemari pakaian, rak buku, laci, dan lemari makan, dari benda-benda yang sudah tak terpakai. Bukan hanya lingkungan kita menjadi lebih rapi dan menyenangkan untuk dihuni, tetapi juga dapat menjernihkan pikiran kita, melepaskan kita dari berbagai emosi dan kesuntukan pikiran, seraya membuka ruang bagi hal-hal baru memasuki hidup kita." (Lapangkan Ruang, Halaman 59).

Atau tulisan yang menularkan kebiasaan baru.
"Sungguh amat disesalkan, karena selain jelas-jelas bermanfaat bagi kesehatan, terutama di udara terbuka, berjalan kaki juga membuat kita merasakan kenyataan, terhubung dengan alam, dan menikmati momen-momen hidup yang telah lewat. Maka lain kali ketimbang menghabiskan waktu di mal, mengapa tidak bangun lebih pagi dan berjalan-jalan ke kebun raya atau taman-taman di dekat rumah dan menikmati udara selagi segar." (Jalan Kaki, Halaman 42)

Atau sesederhana cara menyeruput secangkir teh dengan benar.
"...Seruputlah sedikit, rasakan aromanya di mulut sebelum menelannya, pejamkan mata agar dapat menikmati sensasi hangat di lidah dan duduklah dengan nyaman untuk merasakan efeknya sesungguhnya." (Teh, Halaman 33).

Ada beberapa pengalaman pola pendidikan kedua orang tua, keluarga, hingga guru dari pembawa acara Face to Face with Desi Anwar di Metro TV ini yang turut dibagikan. Sepintas bukan tipe pengasuhan yang "manis memanjakan" tapi sepertinya sungguh bermanfaat dalam membentuk kepribadian dan kesuksesan seorang Desi Anwar. Simaklah cerita-cerita ini di Belajar Seumur Hidup, Ketakjuban, Memuji, Berbagi, dan Merubah Perspektif. Bagaimana ber-hablum minannas dengan tulus tertuang apik dalam Sahabat dan Seni Mendengarkan.

Hidup Sederhana tak lupa cerita-cerita seputar memaknai pencapaian hidup sesungguhnya, kebahagiaan, mengatasi kemelesetan sesuatu dari rencana. Bukan pandangan kosong berbunga-bunga, tapi dilengkapi contoh pengalaman yang relevan. Hal menarik lainnya adalah hasil karya fotografi beliau yang menghiasi hampir tiap lembar halaman. Tampaknya buah hasil travelling ke berbagai negara dan daerah di Indonesia. Pilihan font maupun lay out nya juga enggak buat mata capek. Cerita-cerita yang "lepas" tak terlalu terhubung satu sama lain memungkinkan kita membaca tak berurutan. Tergantung minat dan kebutuhan saja. Tapi gaya bertutur beliau yang cerdas, tak membosankan, serta konten yang menawarkan sudut pandang baru, pasti akan membuat kita membaca buku keren ini sampai tuntas.


Salam Manisss ^_^





Sabtu, 18 April 2015

Pia Renyah

Sempat terpikir istilah pia dan bakpia dibedakan atas asal daerahnya. Bakpia berarti dari Yogyakarta (aneka akhiran "ak" seperti di "mbak", "nak" *hihi ngawur) dan pia lebih berbau Cina. Setelah dikasih tahu Om Wiki, ternyata bakpia berasal dari kata "bak" yang berarti daging serta "pia" yaitu kue. Istilah bersumber dari dialek Hokkian, daratan Cina. Entah definisi ini benar atau tidak, berarti penamaan untuk kue berkulit tipis dengan aneka ragam isian di dalamnya, selama ini lumayan keliru, dunk. Tidak mungkin nama "kue daging" diberikan untuk kue isi kacang hijau. Ah, apalah arti sebuah nama.

Mencoba membuat pia seperti mimpi. 

Kata adik, saya orang yang agak aneh karena cenderung tidak move on dari percobaan berbau cake. "Cake lagi cake lagi, bosen coba yang lain, kek," begitu ujarnya ketika saya mengusulkan cake ketan hitam sebagai materi eksperimen (ciahhh bahasanya lebay) setelah sebelumnya cake pisang. Tapi alasan yang sedikit masuk akal adalah karena saya terobsesi dengan pembuatan roti. Dan roti-roti buatan saya belum ada yang sukses sehingga berbuah rasa penasaran. Nah, proses pembuatan pia ini mirip-mirip pembuatan roti. Lagipula, bahan-bahan untuk roti dan pia tak terlalu berlemak-lemak seperti halnya cake. Dengan begitu saya bisa menyodorkan karya saya kepada orangtua, yang notabene-nya sedang membatasi makan-makanan "enak", tanpa perasaan bersalah.


Selasa, 14 April 2015

Roti Sobek dengan Water Roux

Rerotian lagi, nih. Setelah belajar cara bikin roti bulat, dilanjutkan dengan roti bulat yang dimasukkan cup kertas, tiba saatnya membuat roti-roti bulat yang sengaja didekatkan satu sama lain. Krik-krik, dari tahun jebot enggak maju-maju ya, bisanya roti bentuk bulat saja, hihi. Masalahnya masih kesulitan dalam mengolah adonan roti yang sangat mudah "berubah" karena aktivitas yeast didalamnya. Pendek kata, kurang cepat dan cekatan. Jika mau bentuk-bentuk yang agak rumit khawatir kelabakan dalam proses pembentukan sebelum pemanggangan. Apa boleh buat, untuk berlatih sementara bisanya bulat-bulat dulu. Itupun masih jauh dari kerapihan, hihi. Tak mengapa, asal masih bisa dimakan dan rasanya masih kayak roti. Betul tidak?

Sekian alasan kali ini.

Jumat, 10 April 2015

Cireng

Cireng alias aci digoreng merupakan camilan bersahaja yang lahir di tanah Sunda, berbahan utama tepung aci/kanji atau tapioka. Bahan-bahan lainnya ditambahkan sebagai penguat rasa antara lain air, merica, garam, bawang putih, daun bawang, dan kedelai. 

Sungguh kreatif anak Indonesia dalam mengembangkan camilan tradisional satu ini. Cireng hadir dengan aneka rupa. Tidak banyak yang mengubah adonan utamanya, walaupun berdasarkan informasi dari Laptop Si Unyil ada juga produsen yang berkreasi dengan Cireng Ubi Ungu. Inovasi cireng sekarang terletak di saus cocolan berupa saus rujak atau petis. Jenis yang satu ini dijual dalam bentuk frozen food-siap goreng. Beberapa isian lezat seperti ayam, sapi, sosis, baso, hingga keju dan teriyaki juga menambah keistimewaan cireng masa kini (cireng isi). Untuk cireng isi bentuknya berbeda dengan cireng tanpa isi. Ada yang kotak, bulat, atau dibentuk seperti pastel. Biasanya dijual sistem gerobakan. Kalau mau iseng mencoba, datanglah ke SD-SD pas jam istirahat biasanya abang tukang cireng isi mangkal disitu (soalanya dulu saya pernah beli disitu hehe). Namun ada juga versi ekslusifnya yang dapat dijumpai di pusat perbelanjaan modern.

Pagi ini iseng mencoba bikin cireng krispy (yang konon kabarnya lagi hits itu). Tertarik melihat bahan dan proses pembuatannya yang tak begitu rumit di blog-nya Bu Rina Audie. Thanks Bu Rina sharing resep-nya, semoga berkah ^_^

Sabtu, 04 April 2015

Bitterballen

Waktu inspeksi kulkas, nemu mangkok berisi dada ayam mentah di rak paling bawah. Umur sepertinya mencapai 3 hari. Gawat juga kalau sampai basi, kan mubazir. Secara harga BBM naik lagi *enggak nyambung*. Mau dimasak lauk, sudah terlanjur buat. Lagipula jumlah ayamnya tak seberapa. Mikir-mikir buat kroket tapi malas numbuk kentang hehe. Teringat keinginan yang lama terkubur : 

Belajar Ber-bitterballen-ria!


Kamis, 02 April 2015

Bakpao Kilat

Ceritanya, pas main di Bogasari Expo mampir ke stand produk Chesa. Mbak SPG-nya nawarin premix cepat saji bikin bakpao. Katanya sih, praktis tinggal ngulen-ngulenin pake tangan sudah empuk. Selain itu bahan-bahan bakpao semua-muanya sudah ada di dalam itu kotak, mulai dari tepung, shortening, gula, ragi, hingga plastik penutup adonan dan alas bakpao untuk dikukus. Baik banget deh, Bogasari. Setahu saya kalau mau usaha bikin tanpa premix bisa saja. Tapi ada satu tepung yang sukar diperoleh (Tang Mien) sehingga kadang menyurutkan langkah membuat bakpao. Juga kebetulan barusan ngintip demo bikin bakpao gratisan di tempat yang sama. Kayaknya seru,ya. Akhirnya saya pun terbujuk membeli 2 kotak Chesa Pao dengan berat masing-masing 455 g.

Seperti biasa, bahan-bahan bikin kue yang barusan dibeli biasanya dianggurin dulu di lemari. Menjelang masa expired baru nyadar. Sudah waktunya berlatih bikin bakpao. Kalau hasilnya bagus bisa dipamerin ke tetangga-tetangga. Kalau sudah advance bisa terima pesanan #asyiknya mengkhayal.

Cuma bisa bentuk bulat-bulat -_-
Langkah awal membuat bakpao sebaiknya mempersiapkan isinya. Kami (saya dan Mama) memilih isian unti dan tumis ayam cincang. Memang kata "kilat" pada judul diatas terlalu bombastis, tapi apa sih di dunia ini yang tidak perlu usaha hehe? Untuk resep keduanya ilmu yang dipakai adalah kirologi. Dan saya yakin Anda pun akan cenderung tidak memperhatikan presisi timbangan bahan-bahan. Tinggal icip-icip kurang manis atau asin. Namun jika ada yang mau, saya lampirkan resep dari NCC. 

Kalau pas ngukus ketetesan air bakpaonya jadi keriput & basah
Kalau untuk unti sebaiknya pilih daging kelapa muda supaya empuk. Gula merahnya yang warnanya agak gelap biar unti-nya warnanya enggak pucet. Masak dengan api kecil sambil diaduk-aduk. Isian tumis ayam menggunakan daging ayam giling atau cincang. Kalau kami tidak terlalu suka aroma nyegrak bawang putih jadi bawang bombay yang dicincang halus sudah memadai. Tumis dengan api kecil sambil sesekali diaduk, tambahkan kecap manis, gula, garam, dan merica bubuk. Cita rasa finalnya manis, karena selera pribadi juga. Isian bisa dibuat 2 hari sebelumnya. Simpan di wadah tertutup dan taruh di freezer. Oh ya, sebelum dipake untuk isian, di-thawing dulu.

Resep Bakpao a la Chesa Pao
Hasil : 22 (untuk 2 kotak)

Cara Membuat Bakpao :
1. Campur terigu, gula (keduanya sudah ada di satu bungkus), ragi instant. Aduk rata.
2. Masukkan shortening lalu air es (2 kotak membutuhkan 260 ml). Uleni sampai kalis.
*) Kalis diketahui dengan mengambil sedikit adonan. dibulat-bulatkan lalu dipipihkan dan diregangkan hingga terlihat selaput tipis (kayak permen karet).
3. Diamkan adonan sampai mengembang 2 kali lipat.
4. Bentuk bakpao bulat-bulat. Masukkan isian lalu bentuk sesuai selera.
5. Diamkan sampai bakpao mengembang (30 - 45 menit)
6. Kukus dalam dandang yang sudah dipanaskan sebelumnya dalam api sedang selama 13 menit.

Bahan Isian Bakpao  
Ayam Semur

250 gr daging giling
Bumbu haluskan :
5 bh bawang
3 bh bawang putih
¼ sdt lada bubuk
1 ruas jahe, memarkan
3 sdm minyak goreng
½ bh bawang Bombay, cincang
5 sdm kecap manis
½ sdt garam
½ sdt gula
Cara Membuat:
1. Kukus daging giling hingga matang, sisihkan.
2. Tumis bumbu halus, masukkan bawang Bombay cincang tumis hingga wangi masukkan bumbu halus, tumis sebentar, tuang daging giling. Aduk hingga rata, beri kecap, garam dan gula, aduk hingga rata dan bumbu meresap. Angkat.
*) Kalau saya daging langsung ditumis tanpa dikukus
Unti
Bahan:
500 gr kelapa parut
150 gr gula pasir (saya pakai gula jawa)
¼ sdt garam
½ sdt vanili
3 lbr daun pandan
Cara Membuat :
Campur semua bahan, masak dengan api sedang hingga matang dan liat. Angkat, dinginkan.

Usahakan jangan sampai ada air yang netes ke bakpao saat dikukus ataupun saat tutup diangkat. Bisa-bisa bakpaonya "peyot" dan "keriput". Soalnya pernah kejadian -_-
Hampir kelupaan nulis, dari segi tekstur dan rasa, bakpaonya enduaaang banget. Lembut, kenyal, dan tak melelahkan rahang untuk mengunyah. Rasanya juga pas, gurih dan manis-manis samar. Dimakan tanpa isian pun sepertinya bisa, hehe. Alhamdulillah nemu tepung premix yang memudahkan ini ^_^
Salam Maniessss ^_^

Referensi :




Kamis, 26 Maret 2015

Cerita Menggugah dari Al Qur'an : Kemenangan

Dari kecil saya selalu terpukau dengan adegan-adegan heroik dan berbau mukjizat dalam tayangan film. Misalnya begini, si tokoh utama sedang kepepet di situasi panas, entah didzalimi atau melawan tokoh-tokoh antagonis dalam perang. Di klimaks adegan tersebut biasanya kan *tringgg* ada aja keajaiban seperti teman atau superhero datang membantu tiba-tiba, ada sihir sya lala yang membawa kemenangan. Biasanya perasaan saya teraduk-aduk saat menontonnya. Mendadak semangat lagi. Trus di antiklimaks film, ada nasihat : "Kamu bisa jika kamu percaya," atau "Begitulah kekuatan keberanian," atau "Terima kasih superhero-ku sayaaang."

Tak heran film bisa jadi sarana pengobatan ke-bete-an dan ke-putusasan yang saya pandang efektif. Hasilnya bisa mengubah mood tapi... sampai berapa lama? Sekarang, setelah mendengar nasihat sana sini, saya sadar ada yang hilang dari solusi yang ditawarkan film-film tersebut.

Darimanakah datangnya kemenangan itu?
Dari orang lainkah?
Dari keluarga kah?
Dari sahabat kah?
Dari kekasih hati kah?
atau ...

Hari ini saya mendadak rajin buka Al Qur'an, tak disangka nemu ayat di Surat Al Baqarah. Ceritanya Thalut. Seorang pemimpin prajurit yang sempat di-underestimate karena ia bukan orang kaya dan terpandang di kaumnya. Kok bisa-bisanya jadi pemimpin. Namun Allah mempercayainya karena ia memiliki kekuatan di fisik (kuat) dan otaknya encer. Maka majulah Si Thalut melawan Jalut, musuhnya. Di tengah perjalanan, pengikutnya berkurang jadi 4000 orang dari 8000 orang. Sebagian besar merasa "keder" membayangkan  pasukan Jalut yang lebih kuat. Mereka  mengeluh :

"Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya," 
(Al Baqarah Ayat 249)

Di ayat yang sama, kelompok yang yakin bahwa mereka akan menemui Allah menanggapi :
"Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah,"

Mungkin bisa ditafsirkan bahwa dengan keimanan kuat kepercayaan diri pun meningkat. Tak cukup bekal pede, mereka juga berdoa kepada Allah. 
"Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi oran-orang kafir,"
(Al Baqarah Ayat  250)

Pada ayat berikutnya ditulis,
"Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah,..."
 (Al Baqarah Ayat 251)

Subhanallah...

Sebenarnya ini bukan satu-satunya ayat yang menjelaskan sumber kemenangan sejati itu berada. Ada banyak ayat yang belum bisa ditadabburi dengan baik (karena godaan membaca Al Qur'an merajalela hehe). Bukan pula konteksnya hanya sebatas kita melawan siapa. Saya yakin bahwa Allah mengirimkan ayat suci ini kepada umatnya untuk tidak berputus asa akan pertolongan-Nya saat kita ditimpa kesulitan. Tidak gentar ketika kita diganggu setan dengan prasangka bahwa kita lemah, tidak berdaya, dan pasti tak bisa maju. Syarat memperoleh pertolongan Allah pun sangat sederhana : mengimani kekuasaan Allah, berdoa, dan berusaha.

Terakhir, mari tanyakan diri kita lagi,
Darimanakah datangnya kemenangan itu?

Salam Manisss ^_^

Senin, 23 Maret 2015

Brownies Ekonomis

Rencananya pingin nitip jual brownies di toko-toko dekat rumah. Tapi pengen yang sedikit lebih ekonomis karena menyesuaikan harga pasaran di tempat saya. Enggak bisa mihil-mihil. Pernah coba resep hasil guglingan, tapi kok lebih mirip chocolate sponge cake ya? Akhirnya urung dijual. Alhamdulillah nemu resep Brownies Ekonomis dari Mbak Ika Rahma di blognya Dapur Hangus. Taglinenya cukup menarik : murah, mudah, dan lezatosss.

Setelah dicoba, meman cucok dengan tagline Mba Ika. Mirip pennylane brownies tapi lebih enggak terlalu nyoklat (yaiyalah ekonomis). Teksturnya masih spongy tapi enggak kempus-kempus a la cake. Bagian permukaan ada lapisan tipisnya juga khas-khas brownies. Mungkin yang agak tricky (bagi amatiran dengan pisau kurang tajem seperti saya -_-) pas motong-motongnya. Seperti terpampang di foto-foto berikut Anda bisa melihat grupil sana sini. Besok mesti latihan lagi aaah.

Roti Gambang

Sebenarnya saya bukan fans roti gambang, bukan pula idola apalagi penggemar beratnya :p. Tapi penasaran juga belajar bikin. Setelah lihat instruksi pembuatannya dari Tabloid Saji langsung semangat '45 mencoba membuat roti jadul ini. Enggak ribet. Bahan-bahannya juga murah meriah, gampang diperoleh di dapur. 

Sekilas info, roti gambang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Jaman susah dulu, nenek kakek moyang kita mengganti ragi dengan baking powder sebagai pengembang. Lalu gula pasir diganti dengan gula aren. Dengan alasan ekonomis sepertinya. Orang Betawi menyebutnya roti ini "Gambang" karena bentuknya mirip dengan alat musik tradisional yang wajib ada pagelaran musik Betawi, Gambang Kromong. Nah, orang Semarang lain lagi. Mereka menyebutnya "Roti Ganjal Rel" karena mirip papan ganjalan rel kereta api.

Tekstur roti gambang khas. Ketika digigit, kesan pertamanya memang keras bagian luarnya. Tapi pas interiornya, kita akan temukan tekstur yang lebih lembut, mempur, agak chewy. Bukan lembut kayak roti-roti Asia jaman sekarang, lho. Lembut tapi padat. Cocok jadi pengganjal rel, eh perut kita ding ^0^ Rasanya tidak terlalu manis.

Kemarin pas bikin, saya keliru menakar gula dan airnya. Sepertinya air terlalu banyak sehingga akhirnya kurang manis. Mendidihkannya juga tak sampai kental seperti sirup. Kekeliruan lainnya masalah tepung. Di resep, tertulis penggunaan tepung protein tinggi. Bodohnya saya skip karena sok tahu beranggapan kalau pake tepung ini kemungkinan kurang lembut rotinya. Setelah terlanjur diaduk, tangan saya langsung lengket-lengket. Baru sadar, tepung protein rendah cenderung menyerap air lebih banyak sehingga adonan lebih cepat lengket dan basah. Konsekuensinya (cailee konsekuensi...) pas bentuk-bentuk adonan jadi sulit. Adonan nempel-nempel ditangan. Tapi Alhamdulillah selesai dipanggang, roti gambang saya selamat. Tekstur luar keras, tapi dalamnya lembut. Yang terpenting, rotinya masih mengembang. 

Sabtu, 21 Maret 2015

Pennylane Brownies

Pennylane brownies juaraaa. Terima kasih Mbak Riana Ambarsari untuk sharing resepnya :) Katanya resep si brownies beliau peroleh dari majalah Femina dan merupakan resep pertama yang ia coba. Pas umur 10 tahun! Jadi malu, umur segitu mah saya gencar-gencarnya minta dibuatkan kue sama Mama, mana pikir masak sendiri. 

Awalnya rada ragu, biasanya nemu resep brownies yang mensyaratkan Dark Cooking Chocolate. Tapi ini yang dipakai malah cokelat bubuk dalam jumlah banyak dan minyak sayur, bukan mentega/margarin. Usut punya usut, kata Mbak Riana dalam blognya, minyak akan meningkatkan flavor cokelat dibanding mentega/margarin. Dan 1 square cokelat batang yang dilelehkan itu sama aja dengan 1 sendok teh cokelat bubuk dicampur dengan 1 sendok teh minyak. 

Satu hal lagi yang saya suka dari pennylane brownies, satu adonan hasilnya cukup melimpah ruah. Jadinya cocok untuk dibisniskan dan banyak pengusaha kue rumahan memanfaatkannya sebagai produk andalan. Mbak Riana sendiri salah satunya. 

Selasa, 17 Maret 2015

Roti Empuk

Assalamualaykum para pembaca budiman dimanapun kalian berada...

Beberapa minggu yang lalu belajar bikin roti lagi. Resepnya dapet duluuu waktu  kursus, dengan sedikit penyesuaian. Alhamdulillah hasil roti empuk, lembab di dalam, dan gurih. Sukses disebar ke perut-perut keluarga dan tetangga. Soal bentuk bisanya cuma bulet-bulet, haha (amatir abiesss) abis itu dimasukkin ke cup-cup biar kalo bocor enggak kelihatan ;p. 

Sedikit behind the story, kemarin bingung mengira-ngira jumlah airnya dan terjadilah dua adonan. Satu adonan  ditambah air kira-kira 200 ml untuk 500 g tepung (adonan satu) satunya lagi 250 ml (sebut saja adonan dua). Adonan pertama tidak lengket tapi kalo dipegang kayaknya kering dan agak terlalu elastis. Maksudnya kalo ditarik cenderung kembali ke posisi semula. Adonan kedua agak aneh dan bikin jantung dag dig dug. Lengket di tangan, basah, dan sukar dibentuk pastinya (karena lengket-lengket gitu). Mungkin karena tepung protein tinggi yang dipakai bukan yang bangsanya Komachi atau Cakra Kembar Emas.

Kamis, 12 Maret 2015

Cake Pisang

Sekarang mikir-mikir mau ikutan kursus-kursus bikin kue. Alasannya? Pengen ngirits ;(. Paling banter ikutan nonton demo yang disponsori supplier bahan-bahan kue. Selain sama saja dapat ilmu, harganya juga lebih terjangkau. Kelemahannya, jumlah peserta penonton relatif lebih banyak dibanding peserta kursus jadinya suka gagal konsen. Apalagi dibandingkan kursus yang hands on, pemahaman nonton demo hanya dari aspek teori namun pemahaman dari pengalaman (hasil nyoba sendiri) kurang.

Ada cara belajar bikin kue yang lebih murah meriah lagi. Nonton tutorial Youtube :D Setelah sekian abad melanglang buana menelusuri video demi video, akhirnya saya terdampar di video tutorial punyanya website lokal Kokiku TV. Sampai sekarang Kokiku TV jadi rujukan belajar utama. Tampilan gambarnya kinclong, jelas, angle-angle yang ditampilkan menarik (wah, saya ngaco nih istilah sinematografi-nya ;p). Selain itu waktu durasinya enggak terlalu lama, jadinya waktu kita enggak kebuang sia-sia buat nge-Youtube *sokbanyakacara*. Entah kenapa nonton video Kokiku TV bikin saya semangat masak & baking pas lagi feelin' blues. Cara si pendemo memasak dengan santai, tanpa beban, dan bersemangat meyakinkan saya dan semua orang bahwa memasak itu harus menyenangkan.

Mo nyoba bikin cake pisang beneran (memang ada yang bo'ongan?) Hehe maksudnya yang banyak pisangnya, moist, lembut, harum, tapi cenderung padat. Kemarin pernah bikin, pernah diposting disini. Tapi cenderung spongy dan cuma harum-harum pisang. Adik saya protes : Ini mah, cake rasa pisang bukan dari pisang. Jadi sekarang pengen ganti metode bikinnya dan bahan-bahannya. 


Rabu, 11 Maret 2015

Pempek Adaan

Kebetulan mama beli ikan tenggiri di satu hypermarket. Cuma sedikit, enggak sampai setengah kilo. Pulang-pulang dengan riang gembira beliau menawari saya untuk belajar bersama bikin pempek. Yup, ikan tenggiri memang identik dengan pempek. Saya berharap diajari pempek yang biasa dikenal, macam jenis lenjer atau kapal selam. Tapi kata beliau pempek gitu-gitu kurang enak kalau ikannya cuma seumprit. Akhirnya bikin pempek adaan.

Pempek ini cara membuatnya tergolong praktis. Kalau adonan pempek umumnya kan pake dibentuk rapi-rapi trus direbus dulu. Sebelum dimakan pun biasanya harus dikukus atau digoreng. Nah, adonan pempek adaan tinggal dibulat-bulatkan lalu digoreng dalam minyak yang sudah dipanaskan (deep frying). Habis itu tinggal kita sikaaat :) Rasanya Insya Allah enak dan gurih. Teksturnya tak terlalu lembek juga tak liat, kenyal-kenyal enak. 


Rabu, 04 Maret 2015

Yang Patut Sangat Dicinta

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti, "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.

(Al Baqarah Ayat 165 - 167)


Minggu, 22 Februari 2015

10 Kebaikan Nenek

Tepatnya tanggal 16 Februari 2015 lalu nenek saya menghembuskan nafasnya yang terakhir. Peristiwa yang tidak dapat saya terima. Padahal sehari sebelumnya, nenek sudah mulai diberi perawatan khusus di rumah, seperti oksigen untuk membantu pernafasannya, NGT, dan cairan infus. Memang perawatan ini datang terlambat. Kondisi beliau sudah tak menentu. Kata perawat yang datang ke rumah, nenek sudah sangat kekurangan nutrisi dan cairan sehingga berpengaruh ke tekanan darah dan paru-parunya. Pantas saja beliau memejamkan mata tiap hari, tidak mau berbicara, dan sangat tak berdaya. Nafasnya pun terlihat seperti orang sesak nafas. Karena ketidaktahuan kami sekeluarga, asupan makanan hanya mengandalkan melalui mulut. Padahal jumlahnya sangat kurang mengingat nenek sudah ogah makan dan beberapa diantaranya ia muntahkan. Beberapa kejadian tersedak pun pernah. Pelajaran bagi siapa saja yang memiliki orangtua yang sudah sepuh, segera berikan ia sarana medis segera untuk memasukkan cairan atau makanan ke tubuhnya. Memang tidak menjamin kesembuhan 100%, tapi apa salahnya membuat kondisi mereka tidak begitu buruk.

Kenapa saya sulit menerima meninggalnya nenek? Pertama, karena saya separuhnya yakin bahwa beliau sudah terselamatkan dengan perawatan medis yang meyakinkan. Saya pun melihat sendiri kondisinya yang membaik, ia mulai berbicara sedikit lebih keras, tekanan darahnya berangsur meningkat, dan nafasnya perlahan menjadi teratur. Kedua, saya yakin nenek orangnya kuat. Bukan hanya karena beliau golongan darahnya O tapi beberapa penyakit berhasil dilaluinya dengan baik. Mulai dia jatuh kepleset sehingga ia harus duduk di kursi roda selamanya, penyakit diare karena keteledoran pengasuh, demam tinggi yang nyaris merenggut nyawanya, hingga kepala berdarah kejedot tembok. Selain itu, seumur hidupnya nenek jarang sakit. Kepada semua orang saya secara tak sadar membanggakan kesehatan dan kekuatan beliau. 

Saya meyakini Allah memberinya umur panjang...

Namun di musibah ini Allah seakan menegur saya. Bahwa nyawa manusia ada di tangan-Nya. Allah yang Maha Kuasa Melepas dan Menahan nyawa nenek saya. Meskipun kami waktu itu merawat beliau di rumah sakit dengan segudang fasilitas lengkap pun, kalau Allah berkehendak beliau tiada kami takkan kuasa menolaknya.

Sesuai keinginan almarhumah, beliau dimakamkan di Pemakaman Keluarga Pekuncen, Gombong, Jawa Tengah. Malahan berpisah dari makam almarhum kakek. Maksudnya supaya keturunannya tidak melupakan nenek moyang dan asal-usulnya. Benar juga sih, kalau nenek dimakamkan di Jakarta, kami pasti sudah malas mengunjungi kampung leluhur kami. 

Menceritakan tentang pengalaman berharga yang saya lalui bersama nenek mungkin bukan hal yang terlalu bijak. Malah bisa menyebabkan hati tidak ikhlas melepas kepergian beliau atau juga jadi jauh dari sabar. Saya cukup terhibur dengan suatu buku yang menuliskan, "Barangsiapa sabar menghadapi kematian orang yang disayanginya, ia akan masuk surga." Nyesss. Maka alih-alih mengenang, saya mencoba "mengambil" kebaikan yang beliau miliki lalu membagikannya. Syukur-syukur bisa menjadi inspirasi dan penyemangat dalam mengarungi hidup dalam sikap terbaik. Aamin...

10 Kebaikan Nenek

1. Suka memberi
Nenek tidak memberi setengah-setengah. Cepat sekali ia terketuk ketika ada orang yang kesulitan. Ia memberi apa saja semampunya, bahkan pada saat  kekurangan.
Nenek : Din, kamu punya apa di belakang?
Saya : Buah
Nenek : Ayo, bungkuskan untuk tamunya. Kasihan sudah jauh-jauh datang

2. Apa adanya
Kadang kita malu, gengsi, takut mengutarakan apa yang kita pikirkan. Tapi kalau itu membuat kita jauh dari rasa tertekan dan untuk kebaikan orang yang mendengarkan, mengapa takut? 
Saya : "Mbah, gimana rasa sotonya, enak?"
Nenek : Anyep! (arti : kurang garam, enggak ada rasa)
dan saya pun berlatih lagi membuat soto.

3. Tidak berlebihan dalam segala sesuatu
Ada orang yang berpikir rumit tentang hidup. Termasuk saya. Nenek beda, ia tak terlalu banyak ambisi dan angan-angan panjang. Ia menghabiskan uang dengan bijak, makan makanan secukupnya. Itulah sebabnya ia sehat. Ia hanya tahu, ada aturan untuk segala sesuatunya dan umur harus dihabiskan dengan perbuatan positif sebanyak-banyaknya.
Saya : "Mbah apa resep bahagia, tidak mumet?"
Nenek : "Yo, Nerimo" (arti : menerima pemberian Allah dengan senang hati)

4. Pekerja keras dan pantang menyerah
Ketika kondisi sedang sulit, bukan waktunya perempuan menangis. Mama pernah cerita perjuangan mbah mencari nafkah sebagai penjahit demi menghidupi keluarganya. Saat itu kondisi keuangan keluarga mereka buruk. Nenek mencoba segalanya, berdagang door to door, menerima pesanan kue, menjual makanan di pasar.

5. Tidak suka mengeluh
Ada kalanya orang lain tahu kesulitan kita. Tapi lebih sering mereka semua tak pantas tahu. Toh, berapa jumlah masalah kita yang selesai dengan hanya berkeluh kesah kepada orang lain?
Saya : "Kenapa mbah? Sakit?"
Nenenk : " Ora (arti : enggak")

6. Tegas tapi berhati lembut
Saya selalu mengeluhkan ketegasan nenek. Waktu kecil, saya mendamba seorang nenek seperti di negeri dongeng. Yang senantiasa memanjakan kita, bertutur kata lemah lembut, dan jarang ngomel. Ketika dewasa, saya sadar kita tak memerlukan kelembutan yang menipu. Ketegasan itu mendidik. Hal yang selalu nenek gaungkan. Kelembutan adanya di dalam hati, yang akan dirasakan dengan sendirinya suatu ketika bagi orang lain di sekitarnya.

7. Proaktif
Jangan menunggu orang mengasihani dan menolong kita. Selama ada tenaga, berdirilah sendiri! Berbuatlah sesuatu baik untuk diri maupun orang lain.

8. Ramah dan suka bergaul
Saya mungkin tak sesupel nenek saya. Namun saya percaya kepandaian ini harus dikuasai.

9. Terampil memecahkan masalah
Mama saya selalu menyebutkan kata sakti dari nenek berikut, " Barang kelihatan kok, masak ndak bisa" Artinya segala sesuatunya bisa dipelajari dan diselesaikan, asal kita mau. Tak heran beliau adalah pribadi all around, bisa masak, jahit, mengurus rumah tangga, membatik, merajut, membuat tas rotan, berdagang, hingga membangun rumah tinggal.

10. Pemaaf
Nenek  tak suka menyimpan kesalahan orang lain terlalu lama di kepalanya. Itu membuat hidup semakin berat.

Saya sayang nenek.
Tapi Allah lebih sayang pada beliau.
Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima amal ibadahnya, menghadiahkan beliau surga.
Aamin ya Rabb...

Salam manis ^_^

Sabtu, 21 Februari 2015

Resensi Buku : Orang-Orang Tercinta

Judul Buku        : Orang-Orang Tercinta
Penulis              : Soekanto S.A
Penerbit            : PT Kompas Media Nusantara
Tebal halaman   : xii + 160 halaman
Cetakan            : II, November 2006

Bacaan saya waktu kecil didominasi dengan buku bacaan anak-anak impor *cieh..ciehh*. Mulai dari novel seperti Goosebumps (R.L Stine), Empat Sekawan, dan Malory Towers (Enid Bylton), Serial Tini (Gilbert Delahaye dan Marcel Marlier). Namun sejatinya, lebih doyan lagi dengan buku yang kaya ilustrasi, seperti komik Jepang, sebutlah Pank Ponk, Sweet Rabu-Rabu, Empat Sekawan, Candy-Candy, Topeng Kaca, Pop Corn, Samurai X, Detektif Conan. Apa kegemaran saya waktu itu keliru ya? Kurang menyukai karya sastra lokal. Lucunya, pas iseng nulis cerita pendek untuk konsumsi pribadi, gaya bahasa tulisan saya malah lebih mirip terjemahan hehe. Kaku aneh gitu deh. Itu satu pengaruh yang saya ingat. Beberapa komik Jepang menawarkan dunia penuh imanjinasi melalui gambar maupun jalan cerita. Alhasil, kadang saya jadi sulit membedakan dunia nyata dan tidak nyata beda tipis. Hehe.

Membaca kumpulan cerita pendek, Orang-Orang tercinta, sedikit membuat menyesal. Seandainya waktu kecil buku ini kulirik juga (disamping menertawakan tingkah Bony, Mark dan Pank Ponk) mungkin jaman dulu saya lebih "baik". Alhamdulillah, ternyata buku ini tetap cihuyyy untuk dibaca. Bahkan untuk orang berumur seperti kita ;)


Rabu, 11 Februari 2015

Risoles Ragout

Risoles, di era kemajuan teknologi yang pesat dewasa ini (enggak jelas bawa-bawa teknologi segala :p) ikutan "maju" juga. Terutama dalam hal modifikasi aneka isian (filling) yang bercitarasa modern seperti sosis, daging asap, tempura, korned, mayonaise, keju, dan lain-lain. Tapi anehnya, isian ragout berupa potongan ayam/daging sapi giling, wortel, dengan sentuhan aroma pala dan irisan daun seledri yang kuat, takkan pernah terganti... :p

Biasanya kalau habis makan makanan enak, selalu penasaran bukan main ingin belajar membuat produk serupa. Itulah awal cerita bagaimana risoles ragout ayam jadul ini nongol setelah sekian lama saya vakuum karena faktor M (Males, Mogok, Menghemat bahan terutama telur, Maunya tinggal makan doang). Kebetulan ada saudara jauh yang memberi kami oleh-oleh risoles yang cukup enak. Suwiran ayamnya lumayan banyak, rasa ragoutnya pun manis gurih pas.


Rumah Gula-Gula Pindahan, ya

Bismillah, Rumah Gula-Gula pindah ya ke https://rumahgulagula.wordpress.com Tema mungkin akan sama dengan versi tulisan di Blogspot ini...