Sabtu, 23 Juni 2018

Jangan Percaya Resep Rumah Gula-Gula

Bismillah,
Happy Eid Mubarrak
Taqabbalallahu minna wa minkum
Minal aidin wal faizin

Pas hari ketiga lebaran terjadi musibah. Seorang anggota keluarga ngomel berat akibat resep kue basah yang saya berikan padanya salah. Salah maksudnya pas beliau coba, hasilnya sangat buruk. Tak layak makan. Pada saat itu beliau sangat percaya pada saya dan keburu membuat kue dalam jumlah banyak untuk dibagikan ke besannya. Musibah bagi saya maupun anggota keluarga saya itu. Ada perasaan malu bercampur kesal. Padahal sebelum share resep saya selalu re check beberapa kali. Jumlah yang dicantumkan benar atau tidak.

Ukuran yang Tidak Pasti

Baru nyadar kalau pas mengukur takaran bahan kue saya tidak selalu sama persis dengan catatan (guideline) yang dibuat sebelumnya. Kadang feeling mengatakan adonan ini perlu banyak cairan, adonan ini harus diperlakukan tertentu. Dan salahnya, semua tak terekam rapi. Pas beberapa waktu berselang, ada orang yang minta resep, saya hanya mencantumkan guideline awal dan beberapa catatan yang masih samar-samar diingat. Termasuk kasus anggota keluarga ini.

Menulis Resep dengan Tanggung Jawab

Sebenarnya berbagi resep suatu kebahagiaan sendiri. Saya senang bila orang berhasil membuat sesuatu seperti ketika saya membuatnya, Tapi ternyata tak sesederhana itu ya hihi. Resep yang baru diaplikasikan sekali dan langsung berhasil, belum tentu berhasil di pengalaman berikutnya. Pantas saja ada penerbit buku resep populer selalu mencantumkan 2 x uji coba untuk meyakinkan calon pembeli.

Jujur ni teman-teman, resep yang saya share di blog ini rata-rata baru 1 x uji coba. Mungkin tidak terlalu meyakinkan. Untuk selanjutnya saya akan lebih berhati-hati dalam mencoba resep (benar-benar menimbang teliti, bukan ngandelin perasaan), menuliskannya dan membagikannya. Yang terpenting, mengujinya lebih dari 1 x. Bila ada yang kebetulan sudah mencoba dan berhasil Alhamdulillah, ikutan bersyukur. Tapi kalo ada yang gagal, saya mohon maaf ya 1000x. Benar bukan maksud menyesatkan, hanya kecerobohan saya ;(.

Berbagi resep bisa jadi ladang amal bagi seseorang tapi bisa jadi masalah baru (menimbulkan buruk sangka, rasa kesal, dan lain sebagainya) bila orang yang berbagi resep tidak terlalu hati-hati.


Salam Hangat,
Rumah Gula-Gula





Jumat, 05 Januari 2018

Apa Bedamu?

Bismillah,

Tahun lalu saya mengambil kesempatan ikut "nonton" acara sebuah komunitas pengusaha wanita. Disitu beberapa wanita, mulai dari yang masih baru memulai hingga yang sudah "jalan" usahanya, berkompetisi. Sebenarnya event yang bagus bagi mereka supaya lebih dikenal, disamping sarana pembelajaran yang lebih banyak. Saya sendiri masih belum pede ikut gituan. Hihi mental masih tempe 👻😅Jadi hanya bisa nonton... mendengar dan mengambil pelajaran dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri. Ataupun dari sharing singkat pembicara pengusaha. 

Satu pertanyaan yang diajukan adalah, 
"Apa beda usaha ibu dengan usaha lain? Apa yang membuat produk ibu istimewa?" 

Sepertinya menjadi "beda" adalah salah satu kunci dari kesuksesan bisnis. Pertanyaan yang sering saya remehkan. Dulu ketika cerita ke adik mengenai konsep bisnis kue rumahan yang dimiliki ia akan bertanya tegas, "Produk mba bedanya apa? Kok nggak ada bedanya? Biasa banget" Ia lalu menunjukkan melalui Instagram bahwa saat ini para pebisnis kuliner di luar sana sedang berupaya keras menciptakan produk-produk unik nan menarik. Lah, benar juga, saya tidak ada apa-apanya. Perbedaan apa ya yang harus saya miliki agar selalu diingat calon pembeli dan pelanggan?

Hingga suatu hari saya makan di daerah Mangga Dua Plaza. Di tempat makan biasa kalau sekilas dilihat. Desain interiornya biasa. Menu pun biasa. Hanya ayam penyet, mie ayam bakso, ayam goreng kremes, gado-gado, ketoprak, nasi hot plate, dan es teler. Ada beberapa menu lain yang ditawarkan dan itu juga tak ada yang istimewa. Tapi jangan salah, yang dateng banyaaak. Tempat makan ini selalu sibuk, pengunjung datang silih berganti. Akhirnya dengan sedikit keraguan, kami memesan beberapa menu. Sambil menunggu pelayan datang sambil membawa paket ayam tahu penyet spesial, saya buka handphone untuk nge-check jika ada pesan yang masuk. Beberapa saat setelah acara buka tutup handphone dilakukan, pelayan sudah datang. Cepat sekali. Biasanya ketika makan di tempat lain, mesti ada acara ngelamun, bengong-bengong cantik dulu sambil nunggu makanan. Tapi ini nggak. Berarti salah satu perbedaan dari tempat makan ini adalah kecepatan pelayanan. Boleh jadi mereka tawarkan me-too-product tapi bisa jeli melihat peluang. Pengunjung biasanya pegawai kantoran, tidak pusing memikirkan menu apa ya yang unik. Kebutuhan mereka hanya jumlah menu yang bervariasi (bosen kan ayam lagi ayam lagi), tempat yang bersih, dan kecepatan pelayanan (karena waktu istirahat kantor yang singkat).

Dari sini sedikit-sedikit menyimpulkan, sebuah perbedaan akan terasa berarti dalam satu bisnis ketika kita paham target pasar kita. Mmm... jadi tidak asal beda, ya. Boleh jadi kita hanya pikir, pokoknya yang penting beda, lalu kita jual makanan super canggih tapi muahal minta ampun plus lama banget dimasaknya. Trus dijual ke daerah perkantoran. Perbedaan kita mungkin tidak berpengaruh ke penjualan. Oh ya perbedaan juga bukan hanya dari aspek produk/jasa tapi bisa dari aspek pelayanan yang diberikan.

Sampai sekarang saya juga mencari perbedaan dari produk atau bisnis yang dijalani. Lalu menselaraskannya dengan karakteristik target pembeli. Bukan urusan mudah ternyata 😖

Sekian sharing dari orang yang masih dangkal ilmunya inii. Jika ada teman-teman yang mau nambahin wawasan tentang topik ini silakan comment dibawah. Terimakasih 😍


Rumah Gula-Gula Pindahan, ya

Bismillah, Rumah Gula-Gula pindah ya ke https://rumahgulagula.wordpress.com Tema mungkin akan sama dengan versi tulisan di Blogspot ini...