Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Mei 2015

Resensi Buku : Bisnis Rumahan untuk Para Ibu

Judul Buku : Bisnis Rumahan untuk Para Ibu
Penulis : Ari Kurnia Yuristanti
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2011
Tebal Halaman : 171 halaman

Sekitar 3 tahun lalu, diajak teman ikut kursus merangkai aksesoris dari manik-manik dan kain perca. Acara terselenggara atas inisiatif Mbak Roza Rianita Nursetia (Mbak Ocha) dan Mbak Ari Kurnia Yuristanti (Mbak Ari). Nah, kami para peserta, dikasih oleh-oleh yang sangat bermanfaat : bahan-bahan yang kami pakai buat kursus, satu buku karangan DIY aksesoris karangan Mbak Ocha, dan buku yang disusun mbak Ari ini. 

Saya selalu ngumpulin buku tentang kewirausahaan. Buat gaya-gayaan doang sih, mempraktikannya setengah-setengah, hihi. Namun jujur, ini salah satu buku kewirausahaan favorit! Alasan pertama, bukunya tidak terlalu tebal. Entah kenapa kalo jumlah halamannya dikit lebih semangat baca. Selain itu relatif mudah dibawa-bawa karena kertasnya pun terbilang ringan. Alasan kedua, buku yang tetap menarik walau tanpa ilustrasi didalamnya ini ditulis oleh seorang perempuan. Ada perbedaan antara cara berbisnis perempuan dan laki-laki, mengingat perempuan memiliki fungsi dan tanggungjawab khusus, apalagi pas mereka telah jadi istri dan ibu. Pilihan bisnis pun harus dicermati, berbeda dengan kaum adam dalam hal manajemen waktu dan teknis berbisnis lainnya. Ketiga, serasa seperti berdiskusi santai dengan teman atau kerabat. Bahasa yang Mbak Ari pakai sederhana, mudah dipahami, dan apa adanya.


Sabtu, 02 Mei 2015

Resensi Buku : Hidup Sederhana

Judul Buku : Hidup Sederhana
Penulis : Desi Anwar
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Halaman : 288 halaman
Tahun Terbit : 2014

Pernah terpikir untuk membuat buku harian pribadi yang lebih dari sekedar "tong sampah". Tempat pembuangan keluh kesah, rasa sakit, patah hati, kekecewaan, perasaan jatuh cinta, kebahagiaan tak terbendung, yang mengalir begitu saja, terlalu apa adanya. Yaaah, saat ini saya asyik menulis dengan perasaan. Tidak rapih. Mentang-mentang habis nulis bukunya langsung disembunyikan di bawah lemari pakaian :(.

Sebenarnya tak keliru juga, toh buku harian fungsinya kan mengurangi beban di kepala. Daripada curhat enggak jelas kemana-mana. Namun setelah membaca buku Hidup Sederhana karya Desi Anwar ini, saya mulai mempertimbangkan cara saya menulis pengalaman hidup pribadi. Semua peristiwa bisa menyisakan berbagai rasa, entah itu pahit dan manis. Tapi alangkah baiknya bila kita memandang lebih ke dalam, menyadari segala sesuatu tidak terjadi tanpa sebab, segala kesulitan selalu dibarengi hikmah. Dan dengan izin Allah, menghantarkan kita berpikir lebih bijak dan bertindak lebih baik ke depannya. Syukur-syukur buku harian kita bisa bisa nyasar ke penerbit trus bermanfaat bagi sebanyak-banyak orang *eaaa... ngelantur*


Hidup Sederhana merupakan kumpulan 54 cerita pengalaman yang bersumber dari pengalaman, kenangan masa kecil, pandangan hidup, dan kebiasaan yang dilakukan dalam menyiasati kerumitan hidup Desi Anwar. Buku setebal 288 halaman ini aslinya berbahasa Inggris dan yang jatuh ke tangan saya merupakan versi terjemahannya. Awal jatuh cinta sebenarnya gara-gara cerita keempat, Menjadi Kanak-Kanak. Pada cerita berikut, beliau memandang bahwa ada beberapa kecendrungan anak-anak, yang tak salah kita balikkan lagi ke kehidupan dewasa. Tengoklah kutipan ini :

"Sebagai anak, Anda juga tak mudah untuk menghakimi. Bila Anda melihat sesuatu yang aneh pada diri seseorang, Anda bisa bertanya mengapa atau berkomentar, tetapi Anda melakukannya tanpa dilandasi kritikan, penghakiman terselubung, atau perasaan lebih unggul. Sebab pertanyaan Anda didasarkan pada ketertarikan dan rasa ingin tahu, bukan karena Anda bersikap menghakimi atau membanding-bandingkan mereka dengan diri sendiri." (Menjadi Kanak-Kanak, Halaman 26)

Mungkin diantara kita pernah ada mengira perintis pembaca dan mantan reporter program berita harian populer, Seputar Indonesia, ini adalah sosok serius dan penuh pemikiran. Ya, beliau memang cerdas dan penuh pemikiran, namun tulisan-tulisannya di sini dijamin tidak membuat pembaca terserang migrain. Saya yang lemot ini saksi hidupnya wkwkwk. Sesuai janji judul yang diberikan, Hidup Sederhana, ia menulis hal-hal yang sederhana. Hal-hal sederhana yang kalau ditemukan dan dijalani dengan penghayatan akan menimbulkan perasaan bahagia. Cocok bagi pembaca yang sering berhadapan dengan keruwetan hidup, ketakutan masa depan, dan kompleksitas hubungan antar manusia.


Beberapa tulisan mengupas beberapa kebiasaan atau rutinitas beliau yang dirasa bermanfaat. Seperti kegiatan merapikan barang yang dituangkan dalam cerita Lapangkan Ruang.

"Ada kenikmatan yang terasa dengan merapikan rak, lemari pakaian, rak buku, laci, dan lemari makan, dari benda-benda yang sudah tak terpakai. Bukan hanya lingkungan kita menjadi lebih rapi dan menyenangkan untuk dihuni, tetapi juga dapat menjernihkan pikiran kita, melepaskan kita dari berbagai emosi dan kesuntukan pikiran, seraya membuka ruang bagi hal-hal baru memasuki hidup kita." (Lapangkan Ruang, Halaman 59).

Atau tulisan yang menularkan kebiasaan baru.
"Sungguh amat disesalkan, karena selain jelas-jelas bermanfaat bagi kesehatan, terutama di udara terbuka, berjalan kaki juga membuat kita merasakan kenyataan, terhubung dengan alam, dan menikmati momen-momen hidup yang telah lewat. Maka lain kali ketimbang menghabiskan waktu di mal, mengapa tidak bangun lebih pagi dan berjalan-jalan ke kebun raya atau taman-taman di dekat rumah dan menikmati udara selagi segar." (Jalan Kaki, Halaman 42)

Atau sesederhana cara menyeruput secangkir teh dengan benar.
"...Seruputlah sedikit, rasakan aromanya di mulut sebelum menelannya, pejamkan mata agar dapat menikmati sensasi hangat di lidah dan duduklah dengan nyaman untuk merasakan efeknya sesungguhnya." (Teh, Halaman 33).

Ada beberapa pengalaman pola pendidikan kedua orang tua, keluarga, hingga guru dari pembawa acara Face to Face with Desi Anwar di Metro TV ini yang turut dibagikan. Sepintas bukan tipe pengasuhan yang "manis memanjakan" tapi sepertinya sungguh bermanfaat dalam membentuk kepribadian dan kesuksesan seorang Desi Anwar. Simaklah cerita-cerita ini di Belajar Seumur Hidup, Ketakjuban, Memuji, Berbagi, dan Merubah Perspektif. Bagaimana ber-hablum minannas dengan tulus tertuang apik dalam Sahabat dan Seni Mendengarkan.

Hidup Sederhana tak lupa cerita-cerita seputar memaknai pencapaian hidup sesungguhnya, kebahagiaan, mengatasi kemelesetan sesuatu dari rencana. Bukan pandangan kosong berbunga-bunga, tapi dilengkapi contoh pengalaman yang relevan. Hal menarik lainnya adalah hasil karya fotografi beliau yang menghiasi hampir tiap lembar halaman. Tampaknya buah hasil travelling ke berbagai negara dan daerah di Indonesia. Pilihan font maupun lay out nya juga enggak buat mata capek. Cerita-cerita yang "lepas" tak terlalu terhubung satu sama lain memungkinkan kita membaca tak berurutan. Tergantung minat dan kebutuhan saja. Tapi gaya bertutur beliau yang cerdas, tak membosankan, serta konten yang menawarkan sudut pandang baru, pasti akan membuat kita membaca buku keren ini sampai tuntas.


Salam Manisss ^_^





Sabtu, 21 Februari 2015

Resensi Buku : Orang-Orang Tercinta

Judul Buku        : Orang-Orang Tercinta
Penulis              : Soekanto S.A
Penerbit            : PT Kompas Media Nusantara
Tebal halaman   : xii + 160 halaman
Cetakan            : II, November 2006

Bacaan saya waktu kecil didominasi dengan buku bacaan anak-anak impor *cieh..ciehh*. Mulai dari novel seperti Goosebumps (R.L Stine), Empat Sekawan, dan Malory Towers (Enid Bylton), Serial Tini (Gilbert Delahaye dan Marcel Marlier). Namun sejatinya, lebih doyan lagi dengan buku yang kaya ilustrasi, seperti komik Jepang, sebutlah Pank Ponk, Sweet Rabu-Rabu, Empat Sekawan, Candy-Candy, Topeng Kaca, Pop Corn, Samurai X, Detektif Conan. Apa kegemaran saya waktu itu keliru ya? Kurang menyukai karya sastra lokal. Lucunya, pas iseng nulis cerita pendek untuk konsumsi pribadi, gaya bahasa tulisan saya malah lebih mirip terjemahan hehe. Kaku aneh gitu deh. Itu satu pengaruh yang saya ingat. Beberapa komik Jepang menawarkan dunia penuh imanjinasi melalui gambar maupun jalan cerita. Alhasil, kadang saya jadi sulit membedakan dunia nyata dan tidak nyata beda tipis. Hehe.

Membaca kumpulan cerita pendek, Orang-Orang tercinta, sedikit membuat menyesal. Seandainya waktu kecil buku ini kulirik juga (disamping menertawakan tingkah Bony, Mark dan Pank Ponk) mungkin jaman dulu saya lebih "baik". Alhamdulillah, ternyata buku ini tetap cihuyyy untuk dibaca. Bahkan untuk orang berumur seperti kita ;)


Rumah Gula-Gula Pindahan, ya

Bismillah, Rumah Gula-Gula pindah ya ke https://rumahgulagula.wordpress.com Tema mungkin akan sama dengan versi tulisan di Blogspot ini...