Senin, 24 November 2014

Amalan Wanita Penghuni Surga

Sebenarnya sudah dari jaman baheula ingin mengikuti pengajian Hijabers Community (HC). Namun pas lihat websitenya, pas ketinggalan berita. Alhamdulilllah kali ini saya kebetulan dapat informasi mengenai Pengajian HC, ngintip di akun Instagram komunitas yang berdiri sejak 4 tahun lalu ini. Berlokasi di TK Al Azhar, Kebayoran Baru di Jakarta Selatan (dekat Kementerian Pekerjaan Umum) yang mudah dijangkau oleh Kopaja dekat rumah. Acaranya sekitar jam 13.00. Awalnya rada paranoid, gimana kalau nanti sore Jakarta hujan deras? Gimana nanti kalau basah kuyup hujan-hujanan pulangnya? Gimana kalau nanti demam pilek batuk gara-gara kehujanan? (lebay). Bismillah saja, niat yang nggak lurus-lurus amat, mudah-mudahan Allah melancarkan segala langkah kita. Ternyata memang iya tuh, Alhamdulillah...

Acara ini diisi dengan dua orang publik figur, Ustadz Asep Supriatna dan Zaskia Adya Mecca. Ustadz Asep terbiasa membawa training di berbagai tempat, termasuk perusahaan besar seperti Telkomsel. Ia memposisikan dirinya sebagai life performance coach. Pembawaannya santai, lucu, namun disisi lain tidak mendoktrin malah mengajak kita semua berpikir. Untung saya nggak bawa bantal guling dari rumah, maksudnya kalau-kalau ngantuk ketiduran. Pembicara kedua adalah Zaskia Adya Mecca, lebih kita kenal sebagai artis sinetron dan film. Sekarang ia juga mencoba membangun usaha fashion (pernah dengar Meccanism?) dan menjadi produser. Kedatangannya ke acara pengajian selain bersilaturahim juga mempromosikan film terbaru yang disutradarai suaminya Hanung Bramantyo, yaitu HIJAB. Katanya baru akan tayang Januari 2015. Masih sempet nabung di celengan ayam buat beli tiket nonton, nih.

Sesi ceramah Ustadz Asep Supriatna (Doc.Pribadi)

Jumat, 21 November 2014

Memahami Arti Masakan Mama

Pada malam itu saya menyodorkan beberapa potong lobak rebus pahit dan oseng-oseng adakadabra kepada papa. Beliau mencoba tersenyum dan memuji, "Wuiiih masakannya pasti enak nih." Perasaan harap-harap cemas  mewarnai pikiran saya. Hap! Sebanyak 1 suapan akhirnya masuk ke dalam mulut papa. Ekspresinya mendadak berubah dari gembira menjadi tidak wajar.

"Gimana, Be (panggilan sehari-hari untuk ayah saya)? Enak?" tanya saya khawatir.
"Nyam, enak kok" jawabnya terbata-bata. Saya tahu beliau tidak sungguh-sungguh mengatakannya. Kata iklan Mie S***P lidah nggak bisa boong.

Seiring bertambahnya umur, masakan buatan mama tidak seribet dulu
Sewaktu masih kecil saya sombong. Pernah seenaknya bilang bahwa saya bosan dengan masakan mama dan menginginkan jajan di luar rumah. "Masakan mama nggak seru ih, nggak  ada pedes-pedesnya." Kebetulan masakan mama waktu itu memang identik dengan rasa manis, maklum Jawa (kok jadi rasis gini ya?) Namun berhubung mama hemat, beliau tidak pro dengan acara-acara makan di tempat umum.  Alasannya selain boros, keamanan dan kesehatan dapur dan penyajian rumah makan yang umumnya memperhatinkan. Orang-orang sudah banyak memuji masakan mama. Ketika acara keluarga Lebaran misalnya, empek-empek, tekwan, dan bakso buatan beliau selalu menjadi favorit keluarga besar. Mereka menganjurkan saya bersyukur dan berlatih dengan beliau. Saya sebagai anak malah merasa biasa saja, tidak ada yang terasa istimewa. 

Kamis, 20 November 2014

Belajar Blogging dari Ahlinya

"Coba tuliskan 2 alasan kamu blogging?"  Mbak Haya Aliya Zaki memberi instruksi, "Tapi pakai tangan kiri ya, nulisnya. Melatih kemampuan motorik."

Memutuskan kalimat apa yang tepat di atas selembar kertas kecil post-it bukan perkara gampang. Bukan hanya karena nulisnya pakai tangan kiri atau pakai jempol kaki. Pertama kali mulai blogging dari jaman kuliah, memanfaatkan blog gratis akun pertemanan Friendster. Isinya nggak mutu karena kebanyakan curahan hati anak muda perantauan yang random. Akun Friendster pun lenyap beberapa waktu lamanya jadi malas nulis, malah lebih aktif curhat di buku harian yang selalu disembunyikan di bawah kolong tempat tidur. Akhirnya nyoba Blogspot dengan tulisan yang foodie banget bareng teman seperkuliahan. Awalnya lancar jaya nulis ini itu. Bahan obrolan banyak, semangat juga oke. Beberapa waktu kemudian, sifat mood-mood-an datang mendera. Vakum deh cerita-cerita di blog. Kembali ke alasan blogging, saya rasa ada yang tak beres dengan niat awalnya. Apa itu terlalu rendah-materialistik sehingga gampang muncul hilang.

Suasana mengajar di kelas

Berkenalan dengan Cipika

Saya belum pernah mencoba bertransaksi di portal e-commerce sebelumnya, seperti melalui Toko Bagus, Berniaga, Kaskus, Lazada, dan lain-lain. Makhluk kuno? Memang, walaupun sekarang katanya zaman belanja online, saya pribadi lebih nyaman berbelanja konvensional. Bertemu langsung penjual, melihat, menyentuh suatu barang sebelum akhirnya menyerahkan beberapa lembar Rupiah untuk bertransaksi. Hingga takdir mempertemukan saya dengan Cipika. Sebagai informasi, Cipika adalah portal e-commerce lokal yang menaungi beberapa wadah jual beli online. Sebagai informasi tambahan, Cipika tidak ada hubungannya dengan Cipiki.  Pada waktu mendengar informasi tentang portal yang baru berdiri tanggal 15 Maret 2014 ini, mindset saya masih belum berubah. Bertransaksi secara konvensional sajalah, untuk apa repot-repot? Baru beberapa waktu berselang, saya mulai berpikir untuk memasarkan kue yang saya buat dengan memanfaatkan Cipika. Kita boleh malas beli-beli online tapi orang lain kemungkinan besar nggak malas kan? 

Rumah Gula-Gula Pindahan, ya

Bismillah, Rumah Gula-Gula pindah ya ke https://rumahgulagula.wordpress.com Tema mungkin akan sama dengan versi tulisan di Blogspot ini...