Minggu, 24 Mei 2015

Pindang Patin Palembang

Di keluarga kami yang doyan ikan patin cuma saya seorang. Tidak semua manusia di muka bumi bisa menikmati tekstur dagingnya yang lembut sedikit berminyak dan menerima keberadaan kulit si ikan. Ada yang bilang geli-geli gimanaaa gitu.

Padahal kata Om Google ikan patin bermanfaat buat kesehatan, lho. Ikan ini rendah sodium (cocok untuk penderita hipertensi), tinggi kalsium, zat besi, dan mineral. Selain itu gampang dicerna oleh usus kita. Kandungan protein ikan yang bisa dijadikan hiasan ini cukup tinggi, yaitu sebesar 68,8%. Memang kandungan lemak ikan patin cenderung lebih tinggi dibandingkan ikan tawar lain semacam gabus dan mas. Namun jenis lemaknya dominan asam lemak tak jenuh yang bermanfaat bagi kesehatan, yaitu golongan Omega 3 (EPA dan DHA). Berdasarkan penelitian, konsumsi diet minyak yang mengandung EPA dan DHA dalam waktu panjang berdampak positif terhadap penurunan kematian sebanyak 45% akibat jantung koroner. Dari penelitian pula, orang Eskimo jarang yang meninggal mendadak akibat serangan jantung karena kebiasaan ini mengonsumsi makanan yang banyak mengandung Omega 3 seperti ikan.

Ya sudah, mari cinta ikan patin!


Jumat, 22 Mei 2015

Sambal Goreng Cirebon

Betapa bahagianya mengetahui kalau di pasar dekat rumah ternyata ada tukang daging yang mau membantu memotong daging kecil-kecil, sesuai permintaan kami. Tak hanya itu. Ada juga yang dengan senang hati mengiris-iris bawang merah maupun putih hingga memeraskan santan. Pasalnya kami dimintai tolong Tante membuatkan sambal goreng khas Cirebon untuk sebuah acara pengajian. Tentunya tanpa bantuan pedagang-pedagang pasar kreatif nan inovatif diatas, kami sudah pasti keteteran.


Ciri khas sambal goreng Cirebon ada di potongan kotak dagingnya dan terutama irisan cabe merah besar. Cobaan besar di bagian ngiris cabe merah. Mama saya lumayan perfeksionis untuk urusan ketebalan si cabe. Beliau pinginnya tipiiiiis tipiiisss banget biar cantik. Sebelumnya pake acara ngilangin biji cabe dulu. Beuuhh...Alhamdulillah teriris juga 1 kg cabe dalam waktu 3 jam (ketahuan enggak jago) dengan hasil jari-jari pedas dan mati rasa. Alhamdulillah baru terasa puasnya melihat irisan cabe tipis ini menghiasi si sambal goreng dan memperkaya aromanya. 

Rabu, 20 Mei 2015

Brownies Kukus Ny. Liem

Hari gini baru nyoba bikin brownies kukus (brokus)?

Biarin ah, namanya juga masih pemula ^^. Dulu sempat berjualan brokus dan lumayan mendatangkan sedikit recehan di celengan ayam saya. Resepnya dari teman Mama, kurang lebih sama dengan punyanya Ny. Liem berikut Tapi waktu itu hanya 1 layer. Di kesempatan siang berawan ini, ingin belajar yang 2 layer. Dan ternyata itulah yang menyebabkan sepotong brokus terasa tidak membosankan. Diantara tekstur spongy nan lembut terselip sesuatu yang lebih chocolatey ditengahnya. Enak! Aslinya di resep Ny. Liem, lapisan cokelat ditengahnya itu tercipta dengan menambahkan susu kental manis di adonan II. Tapi dasar nenek-nenek, saya kelupaan dan malah menambahkannya di seluruh adonan. Sebagai gantinya saya beri chocolate chips dan Alhamdulillah masih terbentuk juga lapisannya.

Berdasarkan kekeliruan yang saya alami selama ber-brokus ria, ada mutiara berharga, diantaranya ...

1. Bagian pencampuran Bahan C (DCC dan minyak sayur) dengan adonan. 
Kalau adonan agak tinggi, sebaiknya gunakan spatula yang tinggi pula gagangnya. Alasannya biar tangan tidak belepotan dan bagian bawah terjangkau. Kedua bahan ini agak ribet mencampurnya (atau sayanya aja ya yang agak-agak kurang hehe). Jangan sampai enggak tercampur rata. Bisa juga menggunakan cara pancingan. Maksudnya mencampurkan beberapa adanan ke Bahan C lalu memasukkannya lagi ke adonan semula lalu diaduk. Belum pernah di coba sih hehe, tapi pernah nonton atau baca di suatu media.

2. Bagian pengukusan
Sebenarnya kali ini tidak telaten di pengukusan. Disambi-sambi nyuci baskom (alesyan...) kurang dilihat besar kecil apinya. Tapi dampaknya si brokus bolong-bolong seperti rembulan. Diduga kuat karena api yang terlalu besar atau penambahan baking powder melebihi takaran -_- Ngukus bagian bawahnya pun kelamaan 10 menit jadinya agak basah. Jangan sampai pula ada setetes air yang menetes di brokus. Bisa-bisa bolong dalem seperti yang saya alami di satu pojok (foto disembunyikan). Hal sepele lainnya, sebelum dikukus, ratakan adonan dengan sendok makan dan ketok-ketok bersama loyangnya ^^


Rabu, 13 Mei 2015

Kue Lumpur Tanpa Kentang

Sedih juga mendengar Martha Stewart Living Indonesia akhirnya tidak diterbitkan. Padahal termasuk majalah favorit karena isinya inspiratif dan penuh ide segar. Walaupun belum banyak juga yang saya praktikkan ;p #pletakkk. Syukurlah selama ini sudah mengoleksi beberapa, kebanyakan berupa majalah gratisan yang saya peroleh dari demo di Rumah Inspirasi tahun 2013 - 2014 lalu (ngakunya majalah favorit, malah doyannya yang gratisan huuu... >_<). Lumayanlah untuk kenang-kenangan *sambil mengusap air mata*.

Bicara soal resep belum dipraktikkan, resep kue lumpur salah satunya. Diambil dari artikel "Masakan Penuh Cinta" yaitu liputan mengenai kegiatan perkumpulan pecinta makanan Indonesia. Diantara foto-foto cantik yang ditampilkan, terselip foto tumpukan kue-kue lumpur tebel-tebel, keliatan rich, dengan kekhasan kerak cokelat kehitam-hitaman di pinggirannya. Jadi tergoda mencicipi ^_^


Senin, 11 Mei 2015

Lemper

Kecuali di bagian pembungkusan, membuat lemper tak serumit yang dibayangkan. Ada 4 tahap utama, (1) Penyiapan bahan isian (2) Penyiapan adonan ketan (3) Pembungkusan (4) Pengukusan. Membuat bahan isian dan adonan ketan bisa dilakukan sehari sebelumnya. Simpan bahan isian di refrigerator, ketan cukup di suhu ruang. Asal lempernya besok segera dikukus, biar awet. Mau lebih kilat lagi, gunakan isian semacam abon. Bisa abon ayam, sapi, bahkan ikan. Rasanya suka-suka, manis boleh, pedas hayoook. 

Seperti sudah saya keluhkan, tahap pembungkusan paling enggak asyik. Jujur saja, kemarin saya hanya menonton Mama membungkus lemper-lemper satu per satu. Beliau memang sudah malang melintang di bidang ini. Waktu itu, jumlah daun pisang hanya sedikit, nyaris kurang. Kalau nekat turun tangan, dipastikan akan buanyaaaak daun pisang robek disebabkan ketidaklihaian saya, hihi. 

Sedikit yang saya pelajari dari Mama, pilihlah daun pisang yang bagus. Baik dari penampilan (tidak jelek-jelek amat) dan tidak mudah robek. Yang terakhir agak sulit karena kemarin ada beberapa yang robek. Ada saran budhe dulu, sebaiknya daun pisang "dilemaskan" satu per satu di atas api kompor. Sebentar saja jangan sampai gosong. Repot memang, tapi sepadan.

Sebelum dibungkus, sebaiknya ketan diisi dulu. Dikepal-kepal hingga berbentuk bulat lonjong. Lakukan sampai titik ketan penghabisan. Baru setelah itu, dibungkus pake daun pisang dengan bentuk konvensional, lonjong memanjang. Kalau hati kita lagi sabar atau buat jualan, bentuk kecil-kecil biar cantik. Tapi ukuran besar juga tak masalah, toh rasanya masih kayak lemper hehe ^_^


Rabu, 06 Mei 2015

Resensi Buku : Bisnis Rumahan untuk Para Ibu

Judul Buku : Bisnis Rumahan untuk Para Ibu
Penulis : Ari Kurnia Yuristanti
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2011
Tebal Halaman : 171 halaman

Sekitar 3 tahun lalu, diajak teman ikut kursus merangkai aksesoris dari manik-manik dan kain perca. Acara terselenggara atas inisiatif Mbak Roza Rianita Nursetia (Mbak Ocha) dan Mbak Ari Kurnia Yuristanti (Mbak Ari). Nah, kami para peserta, dikasih oleh-oleh yang sangat bermanfaat : bahan-bahan yang kami pakai buat kursus, satu buku karangan DIY aksesoris karangan Mbak Ocha, dan buku yang disusun mbak Ari ini. 

Saya selalu ngumpulin buku tentang kewirausahaan. Buat gaya-gayaan doang sih, mempraktikannya setengah-setengah, hihi. Namun jujur, ini salah satu buku kewirausahaan favorit! Alasan pertama, bukunya tidak terlalu tebal. Entah kenapa kalo jumlah halamannya dikit lebih semangat baca. Selain itu relatif mudah dibawa-bawa karena kertasnya pun terbilang ringan. Alasan kedua, buku yang tetap menarik walau tanpa ilustrasi didalamnya ini ditulis oleh seorang perempuan. Ada perbedaan antara cara berbisnis perempuan dan laki-laki, mengingat perempuan memiliki fungsi dan tanggungjawab khusus, apalagi pas mereka telah jadi istri dan ibu. Pilihan bisnis pun harus dicermati, berbeda dengan kaum adam dalam hal manajemen waktu dan teknis berbisnis lainnya. Ketiga, serasa seperti berdiskusi santai dengan teman atau kerabat. Bahasa yang Mbak Ari pakai sederhana, mudah dipahami, dan apa adanya.


Sabtu, 02 Mei 2015

Resensi Buku : Hidup Sederhana

Judul Buku : Hidup Sederhana
Penulis : Desi Anwar
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Halaman : 288 halaman
Tahun Terbit : 2014

Pernah terpikir untuk membuat buku harian pribadi yang lebih dari sekedar "tong sampah". Tempat pembuangan keluh kesah, rasa sakit, patah hati, kekecewaan, perasaan jatuh cinta, kebahagiaan tak terbendung, yang mengalir begitu saja, terlalu apa adanya. Yaaah, saat ini saya asyik menulis dengan perasaan. Tidak rapih. Mentang-mentang habis nulis bukunya langsung disembunyikan di bawah lemari pakaian :(.

Sebenarnya tak keliru juga, toh buku harian fungsinya kan mengurangi beban di kepala. Daripada curhat enggak jelas kemana-mana. Namun setelah membaca buku Hidup Sederhana karya Desi Anwar ini, saya mulai mempertimbangkan cara saya menulis pengalaman hidup pribadi. Semua peristiwa bisa menyisakan berbagai rasa, entah itu pahit dan manis. Tapi alangkah baiknya bila kita memandang lebih ke dalam, menyadari segala sesuatu tidak terjadi tanpa sebab, segala kesulitan selalu dibarengi hikmah. Dan dengan izin Allah, menghantarkan kita berpikir lebih bijak dan bertindak lebih baik ke depannya. Syukur-syukur buku harian kita bisa bisa nyasar ke penerbit trus bermanfaat bagi sebanyak-banyak orang *eaaa... ngelantur*


Hidup Sederhana merupakan kumpulan 54 cerita pengalaman yang bersumber dari pengalaman, kenangan masa kecil, pandangan hidup, dan kebiasaan yang dilakukan dalam menyiasati kerumitan hidup Desi Anwar. Buku setebal 288 halaman ini aslinya berbahasa Inggris dan yang jatuh ke tangan saya merupakan versi terjemahannya. Awal jatuh cinta sebenarnya gara-gara cerita keempat, Menjadi Kanak-Kanak. Pada cerita berikut, beliau memandang bahwa ada beberapa kecendrungan anak-anak, yang tak salah kita balikkan lagi ke kehidupan dewasa. Tengoklah kutipan ini :

"Sebagai anak, Anda juga tak mudah untuk menghakimi. Bila Anda melihat sesuatu yang aneh pada diri seseorang, Anda bisa bertanya mengapa atau berkomentar, tetapi Anda melakukannya tanpa dilandasi kritikan, penghakiman terselubung, atau perasaan lebih unggul. Sebab pertanyaan Anda didasarkan pada ketertarikan dan rasa ingin tahu, bukan karena Anda bersikap menghakimi atau membanding-bandingkan mereka dengan diri sendiri." (Menjadi Kanak-Kanak, Halaman 26)

Mungkin diantara kita pernah ada mengira perintis pembaca dan mantan reporter program berita harian populer, Seputar Indonesia, ini adalah sosok serius dan penuh pemikiran. Ya, beliau memang cerdas dan penuh pemikiran, namun tulisan-tulisannya di sini dijamin tidak membuat pembaca terserang migrain. Saya yang lemot ini saksi hidupnya wkwkwk. Sesuai janji judul yang diberikan, Hidup Sederhana, ia menulis hal-hal yang sederhana. Hal-hal sederhana yang kalau ditemukan dan dijalani dengan penghayatan akan menimbulkan perasaan bahagia. Cocok bagi pembaca yang sering berhadapan dengan keruwetan hidup, ketakutan masa depan, dan kompleksitas hubungan antar manusia.


Beberapa tulisan mengupas beberapa kebiasaan atau rutinitas beliau yang dirasa bermanfaat. Seperti kegiatan merapikan barang yang dituangkan dalam cerita Lapangkan Ruang.

"Ada kenikmatan yang terasa dengan merapikan rak, lemari pakaian, rak buku, laci, dan lemari makan, dari benda-benda yang sudah tak terpakai. Bukan hanya lingkungan kita menjadi lebih rapi dan menyenangkan untuk dihuni, tetapi juga dapat menjernihkan pikiran kita, melepaskan kita dari berbagai emosi dan kesuntukan pikiran, seraya membuka ruang bagi hal-hal baru memasuki hidup kita." (Lapangkan Ruang, Halaman 59).

Atau tulisan yang menularkan kebiasaan baru.
"Sungguh amat disesalkan, karena selain jelas-jelas bermanfaat bagi kesehatan, terutama di udara terbuka, berjalan kaki juga membuat kita merasakan kenyataan, terhubung dengan alam, dan menikmati momen-momen hidup yang telah lewat. Maka lain kali ketimbang menghabiskan waktu di mal, mengapa tidak bangun lebih pagi dan berjalan-jalan ke kebun raya atau taman-taman di dekat rumah dan menikmati udara selagi segar." (Jalan Kaki, Halaman 42)

Atau sesederhana cara menyeruput secangkir teh dengan benar.
"...Seruputlah sedikit, rasakan aromanya di mulut sebelum menelannya, pejamkan mata agar dapat menikmati sensasi hangat di lidah dan duduklah dengan nyaman untuk merasakan efeknya sesungguhnya." (Teh, Halaman 33).

Ada beberapa pengalaman pola pendidikan kedua orang tua, keluarga, hingga guru dari pembawa acara Face to Face with Desi Anwar di Metro TV ini yang turut dibagikan. Sepintas bukan tipe pengasuhan yang "manis memanjakan" tapi sepertinya sungguh bermanfaat dalam membentuk kepribadian dan kesuksesan seorang Desi Anwar. Simaklah cerita-cerita ini di Belajar Seumur Hidup, Ketakjuban, Memuji, Berbagi, dan Merubah Perspektif. Bagaimana ber-hablum minannas dengan tulus tertuang apik dalam Sahabat dan Seni Mendengarkan.

Hidup Sederhana tak lupa cerita-cerita seputar memaknai pencapaian hidup sesungguhnya, kebahagiaan, mengatasi kemelesetan sesuatu dari rencana. Bukan pandangan kosong berbunga-bunga, tapi dilengkapi contoh pengalaman yang relevan. Hal menarik lainnya adalah hasil karya fotografi beliau yang menghiasi hampir tiap lembar halaman. Tampaknya buah hasil travelling ke berbagai negara dan daerah di Indonesia. Pilihan font maupun lay out nya juga enggak buat mata capek. Cerita-cerita yang "lepas" tak terlalu terhubung satu sama lain memungkinkan kita membaca tak berurutan. Tergantung minat dan kebutuhan saja. Tapi gaya bertutur beliau yang cerdas, tak membosankan, serta konten yang menawarkan sudut pandang baru, pasti akan membuat kita membaca buku keren ini sampai tuntas.


Salam Manisss ^_^





Rumah Gula-Gula Pindahan, ya

Bismillah, Rumah Gula-Gula pindah ya ke https://rumahgulagula.wordpress.com Tema mungkin akan sama dengan versi tulisan di Blogspot ini...