Sabtu, 18 April 2015

Pia Renyah

Sempat terpikir istilah pia dan bakpia dibedakan atas asal daerahnya. Bakpia berarti dari Yogyakarta (aneka akhiran "ak" seperti di "mbak", "nak" *hihi ngawur) dan pia lebih berbau Cina. Setelah dikasih tahu Om Wiki, ternyata bakpia berasal dari kata "bak" yang berarti daging serta "pia" yaitu kue. Istilah bersumber dari dialek Hokkian, daratan Cina. Entah definisi ini benar atau tidak, berarti penamaan untuk kue berkulit tipis dengan aneka ragam isian di dalamnya, selama ini lumayan keliru, dunk. Tidak mungkin nama "kue daging" diberikan untuk kue isi kacang hijau. Ah, apalah arti sebuah nama.

Mencoba membuat pia seperti mimpi. 

Kata adik, saya orang yang agak aneh karena cenderung tidak move on dari percobaan berbau cake. "Cake lagi cake lagi, bosen coba yang lain, kek," begitu ujarnya ketika saya mengusulkan cake ketan hitam sebagai materi eksperimen (ciahhh bahasanya lebay) setelah sebelumnya cake pisang. Tapi alasan yang sedikit masuk akal adalah karena saya terobsesi dengan pembuatan roti. Dan roti-roti buatan saya belum ada yang sukses sehingga berbuah rasa penasaran. Nah, proses pembuatan pia ini mirip-mirip pembuatan roti. Lagipula, bahan-bahan untuk roti dan pia tak terlalu berlemak-lemak seperti halnya cake. Dengan begitu saya bisa menyodorkan karya saya kepada orangtua, yang notabene-nya sedang membatasi makan-makanan "enak", tanpa perasaan bersalah.


Pia yang saya kenal dari oleh-oleh ayah sewaktu jaman SD telah berubah. Dulu kulitnya cenderung sedikit lembut, liat, kenyal, lembab, atau apapun istilahnya. Isiannya pun berputar pada kacang hijau, hitam, cokelat, keju. Seiring umur bertambah, kulit pia dibuat kering, rapuh, berlapis-lapis tipis. Isiannya pun semakin variatif. Salah satu yang favorit adalah pia isi cokelat semi melted buatan Bali. Pia renyah banyak disukai anak muda. Sementara yang basah tetap di hati kaum sepuh. Tidak ada data pendukung ilmiahnya, sih hihi. Tapi berdasarkan pengamatan ke orangtua saya saja yang lebih menyukai pia jadul.

Saya putuskan membuat pia renyah karena selera. Searching resep pia di Google ketemu dengan resep-nya Ibu Diah Didi. Setelah tergoda dengan pia-pia beliau yang cantik, rapi jali, bin terlihat renyah berlapis-lapis serta melihat beberapa review bloggers yang positif, akhirnya memberanikan diri mencoba. Di pia-nya Ibu Diah Didi ada acara membuat dua adonan, menggilas, melipat, menggilas lagi, melipat lagi, menggilas, baru pengisian dan pembentukan. Di tiap buah pianya! Padahal bisa mengisi bahan ke adonan dan membentuknya sudah syukur -_-. 

Cara melipat dan menggilas adonan mungkin kurang lebih sama dengan pembuatan adonan puff pastry. Iyak, dua-duanya kan sama-sama berlapis-lapis selesai dipanggang. Cuma bedanya bahan yang disisipkan di tengah puff pastry itu super duper fatty. Kalo yang ini enggak dan menggunakan minyak sayur. Berbekal rasa sok tahu ini, saya belajar melototin Youtube di Pembuatan Cronut from The Strach, berulang-ulang sampai nyantol di otak. Link-nya ada di bawah, semoga bermanfaat ^_^. Pada kenyataannya, acara menggilas dan melipat ini agak ribet buat saya. Dengan kesulitan ini, akhirnya saya buat adonan I agak besar, masing-masing 40 g dengan bahan adonan II 20 g. Jadi hasilnya cuma 10, beda sama Ibu Diah Didi yang begitu telaten hingga menghasilkan pia 20 biji. Itupun hasilnya kurang berlapis-lapis terutama bagian bawah. Mungkin agak kurang tipis ngilesnya.



Karena tak punya tepung terigu protein sedang, saya akhirnya menambahkan tepung terigu protein tinggi. Takutnya seperti kasus roti gambang tempo doeloe yang lengket dan tak bisa digilas. Tapi langkah ini bukan untuk ditiru yaaaa, hehe. Alhasil, pas digilis adonan agak "melawan" karena jadi elastis gitu. Mau giles agak tipisan susyeeee bingits.

Isian pia kali ini rasa cokelat. Pingin keju juga sih. Tapi repot, ah. Hasil adonanya memang cenderung berpasir dan kurang lembab. Agak rempong surempong mengisinya ke kulit. Tadinya khawatir, tapi pas jadi, adonan isian menjadi lebih lembab. Mungkin karena ada margarin yang meleleh yaaa.


Resep Pia Cokelat Renyah (by Ibu Diah Didi)

Hasil
10 biji pia @ 40 g

Bahan Adonan I
Tepung protein tinggi protein sedang 250 g (saya 200 g protein rendah, 80 g protein tinggi)
Minyak 125 ml
Air 75 ml
Gula pasir halus 50 g
Garam 1/2 sdt

Bahan Adonan II
Tepung terigu protein rendah 100g
Minyak 50 ml

Bahan Isian
100 gr tepung terigu protein rendah yang sudah di sangrai selama 5 menit. Dinginkan.
25 gr susu bubuk
1 sdm air (saya 3 sdm)
125 gr gula halus/gula tepung
50 gr margarin (saya 60 g)

Cara Membuat
1. Bahan isian : Campur semua bahan, aduk rata (hasil akhir agak berpasir)
2. Adonan I : Campur bahan lalu uleni (hasil akhir kalis dan lembab)
3. Adonan II : Campur bahan lalu uleni (hasil akhir kalis tapi lebih kering)
4. Isian : Campur semua bahan, aduk hingga merata (hasil akhir agak mawur, sulit dikepal)
5. Bagi adonan I dan II. Bisa jadi 20 atau 10
6. Bulatkan adonan I, gilas memanjang sedikit melebar. Masukkan adonan II, melebar dibagian tengah. Lipat adonan seperti amplop, satu sisi menimpa yang lain. Plenet-plenet, lanjutkan dengan gilas memanjang hingga tipis. Jaga adonan II tidak nongol keluar. Lipat 2 lagi, gilas tipis, lipat lagi, gilas tipis.
7. Beri adonan isian di tengahnya lalu bentuk bulat. Pipihkan.
8. Panggang di oven yang telah dipanaskan bersuhu 180 derajat Celcius

Berhubung ukuran pia saya agak lebih besar, saya memanggang di suhu 180 derajat Celcius selama 30 menit hingga dasar kecokelatan lalu pia pun di balik. Pemanggangan diteruskan selama 30 menit pada suhu 170 derajat Celcius. Rasa pia ini enak, keluarga suka, gurih kulitnya pas isiannya pun tak kemanisan. Menurut saya. Hanya jumlah lapisannya belum konsisten antar pia satu dengan yang lain. Ada yang agak bantet bagian bawahnya, ada yang keliatan banget bantet. Mengisi adonan isian juga kurang banyak. Tampaknya perlu jam terbang lebih banyak untuk berlatih dengan resep yang sama.

Oh ya, karena kering, pia semacam ini cenderung awet. Ini sudah 4 hari masih enak ^_^

Salam Manizzzz... ^_^


Referensi
2. Cara melipat puff pastry https://www.youtube.com/watch?v=HAsfVJASRUU
3. Asal kata Bakpia http://id.wikipedia.org/wiki/Bakpia

7 komentar:

  1. untuk bikin pia kayaknya harus telaten. Saya bagian makannya aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Keke, saya juga sanggupnya 10 biji dalam 1 waktu. Lebih dari itu g sabar dahh, hehe. Coba-coba bikin aja Mbak Keke, pas dah jadi lebih puas rasanya ^_^

      Hapus
  2. Hmmm yummy, sy juga bagian makannya aja :)

    BalasHapus
  3. Sepertinya simple ya cara buatnya.
    Oke dech, saya coba buatnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks sudah mampir, iya dicobaaa aja, happy baking ^_^

      Hapus
  4. Iya mb bawahnya itu suka kerasa gimana ya caranya biar gak keras..

    BalasHapus

Rumah Gula-Gula Pindahan, ya

Bismillah, Rumah Gula-Gula pindah ya ke https://rumahgulagula.wordpress.com Tema mungkin akan sama dengan versi tulisan di Blogspot ini...