Minggu, 03 Maret 2019

Cara Menikmati Perjalanan dengan Kereta Api

Jalan-jalan?
Nggak banget, deh.

Jika boleh memilih, lebih baik menghabiskan waktu berjam-jam didalam rumah. Entah dengan masak, membantu merapikan rumah, menulis, mencari ide segar di internet, mengerjakan pesanan, membaca buku menarik, nonton tipi, tidur pulas, dan lainnya. Tapi di akhir Februari kemarin situasi memaksa saya untuk keluar kandang. Ada keharusan ke Yogyakarta, bersilaturahmi dengan handai taulan dan mengunjungi pernikahan teman.

Sebuah kondisi yang sulit bagi gadis primitif seperti saya. Pada awal perjalanan menggunakan kereta api, saya hanya memilih untuk menghabiskan perbekalan dan tidur sepuas-puasnya. Dengan tujuan menghilangkan tekanan batin yang dirasa. Ternyata selama seminggu di luar kota Allah menolong dengan menghilangkan ketidaknyamanan ini. Perlahan saya menyadari, memang perlu sesekali kita menghirup udara di kota berbeda, menikmati keterbatasan kebutuhan vital di tempat yang berbeda (dear wi fi, ternyata hidup tanpamu adalah mungkin! Paling tidak seminggu), mendobrak kecemasan sosial ketika menghadapi orang-orang tertentu, yang berbeda. Alhamdulillah berkat Allah, saya menikmati perjalanan ke Yogyakarta.

Nah, pas pulangnya situasi berubah 180 derajat. Saya tak tertarik ngemil banyak pun tidur pulas. Tiba-tiba muncul ide untuk mengamati titik-titik perjalanan yang dilalui. Pulang pergi kami sekeluarga menggunakan kereta api dengan waktu tempuh 7 jam an. Bagi kalian mungkin lebih menarik menghabiskan waktu di kereta dengan membaca novel favorit, mengobrol dengan teman sebangku, sesekali mondar-mandir di koridor kereta. Tiap orang punya pilihan berbeda. Tapi anehnya saya memilih untuk "menumbuhkan kesadaran" selama perjalanan dengan kereta api. Caranya dengan mengamati dan mencatat apa yang diamati.

Alhamdulillah saya memiliki buku catatan kecil sederhana dan sebuah pulpen. Memang kedua benda ini selalu disiapkan di ransel butut andalan. Sengaja tidak memilih ponsel pintar untuk kegiatan ini karena takut distraksi media sosial yang ditimbulkannya. Begitulah, saya memposisikan diri sebagai anak kecil yang mengamati hal-hal baru dan asing dari balik jendela. Konyol dan primitif. Tapi cukup menyenangkan dan mampu menghilangkan rasa bosan. Bila kalian berminat menempuh cara menikmati perjalanan dengan kereta api ini, berikut tipsnya. Bisa digunakan bila menggunakan moda transportasi selain kereta api.Tapi hanya berlaku untuk perjalanan dengan moda transportasi darat yah. Kalo jalannya di laut dan udara agak sulit menemukan objek pemandangan yang menarik. Dan ...cara ini jangan digunakan ketika travelling nya bareng teman-teman ato saudara (karena waktu selama perjalanan lebih baik dihabiskan untuk bercerita menjalin keakraban) kecuali ada me time.

1. Tentukan objek pengamatan
Karena wawasan saya terbatas, objek pengamatannya paling hanya berupa kondisi sawah, kondisi tanaman (tanaman apa saja yang ditanam), pembangunan infrastruktur yang sedang dijalankan, keunikan daerah tertentu. Saya juga mencatat waktu transit di masing-masing stasiun. Kondisi penumpang pun bisa jadi pengamatan menarik (di stasiun mana penumpang banyak turun dan naik).

Beberapa petak sawah diselingi tanaman alternatif

2. Mencatat lebih efektif dari mengambil foto
Walaupun foto juga salah satu cara dokumentasi yang baik, namun saya lebih nyaman dengan mencatat. Kadang ketika mengambil foto kita selalu diruwetkan dengan estetika. Apa foto kita kece ya? Angle nya bener nggak nih? Padahal kan tujuannya untuk merekam segala yang menarik.

Karakter sawah setelah melewati Stasiun Purwokerto. Bertingkat-tingkat.

3. Membuat cerita
Setelah data pengamatan terkumpul, perlahan kita bisa membuat cerita. Terus terang di awal kegiatan ini saya agak ragu meneruskan. Berasa anak SD baru belajar hihi. Mosok kurang kerjaan banget sih nyatet di daerah setelah Stasiun Kutoharjo dan Kebumen banyak sawah yang diselingi tanaman kacang maupun pohon pisang. Beberapa diselingi tanaman jagung yang tumbuh subur. Namun setelah sampai Karawang semuanya jadi menarik karena model sawah di sini berbeda. Area penanaman padi di Karawang lebih luas dibandingkan daerah sebelumnya namun tidak banyak diselingi tanaman alternatif. Kemudian contoh lainnya di daerah sebelum Stasiun Purwokerto model sawahnya landai (tidak bertingkat). Setelah melalui Stasiun Purwokerto model sawahnya menyesuaikan kontur tanah yang agak berbukit (sistem terasering). Bila di beberapa stasiun orang jarang turun dan naik, ternyata berbeda halnya ketika kita turun di Stasiun Purwokerto. Disini berbondong-bondong penumpang baru naik.
Penjenuhan lahan sebelum ditanami?

4. Bukan Hanya Mengamati
Kadang malah ketika menemui titik yang menarik kita jadi pengen tahu lebih lanjut. Salah satunya Terowongan Ijo. Alhamdulillah saya belum ketiduran ketika melewati terowongan ini. Kalau tak salah terowongan ini cukup panjang dan gelap. Dinamakan "Ijo" karena asalnya dari gunung. Merupakan salah satu sarana perhubungan bersejarah peninggalan Belanda. Konon kabarnya dulu dibangun oleh rakyat pribumi melalui kerja paksa. Berikut kata Mbah Wikipedia :
Terowongan Ijo adalah terowongan kereta api yang terletak di sebelah timur Stasiun Ijo sejauh 347 m, termasuk wilayah Desa BumiagungKecamatan RowokeleKabupaten Kebumen. Terowongan sepanjang 580 m ini dibangun antara tahun 1885-1886 oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api Hindia Belanda, menembus perbukitan kapur Gunung Malang diujung utara Kawasan Karst Gombong Selatan
Terowongan Ijo termasuk salah satu terowongan yang paling sering dilintasi kereta api, Terowongan Ijo pernah digunakan sebagai lokasi syuting film Kereta Api Terakhir dan Daun di Atas Bantal.

Terowongan ini dikelola oleh Daerah Operasi V Purwokerto dan dijaga oleh petugas jaga terowongan (PJTW) di samping mulut terowongan. Terowongan ini menjadi pilihan bagi railfans yang berburu kereta api masuk dan keluar terowongan. Kemungkinan jika proyek rel ganda Kroya-Kutoarjo rampung, terowongan ini mungkin dinonaktifkan dan dijadikan cagar budaya. Selain itu, akan dibangun terowongan baru yang akan menampung dua jalur rel sekaligus.
Kemudian ada pemandangan pembangunan proyek double track. Tapi saya kurang teliti ini double track daerah mana hehe. Hanya lihat dibangunnya di Stasiun Kebumen. Setelah kepoin media online, mungkin yang dimaksud pembangunan double track Purwokerto - Kroya. Tujuan dibangunnya adalah untuk menghemat waktu perjalanan dari 35 menit menjadi 7 hingga 8 menit. Dengan adanya jalur ganda ini diharapkan dapat meminimalisir angka kecelakan akibat tabrakan kereta api (head to head) dan meningkatkan aksesibilitas apabila di salah satu jalur ada gangguan.


Sumber :
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4429322/double-track-stasiun-kroya-purwokerto-sudah-beroperasi

https://id.wikipedia.org/wiki/Jalur_ganda




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Gula-Gula Pindahan, ya

Bismillah, Rumah Gula-Gula pindah ya ke https://rumahgulagula.wordpress.com Tema mungkin akan sama dengan versi tulisan di Blogspot ini...