Sebenarnya saya bukan fans roti gambang, bukan pula idola apalagi penggemar beratnya :p. Tapi penasaran juga belajar bikin. Setelah lihat instruksi pembuatannya dari Tabloid Saji langsung semangat '45 mencoba membuat roti jadul ini. Enggak ribet. Bahan-bahannya juga murah meriah, gampang diperoleh di dapur.
Sekilas info, roti gambang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Jaman susah dulu, nenek kakek moyang kita mengganti ragi dengan baking powder sebagai pengembang. Lalu gula pasir diganti dengan gula aren. Dengan alasan ekonomis sepertinya. Orang Betawi menyebutnya roti ini "Gambang" karena bentuknya mirip dengan alat musik tradisional yang wajib ada pagelaran musik Betawi, Gambang Kromong. Nah, orang Semarang lain lagi. Mereka menyebutnya "Roti Ganjal Rel" karena mirip papan ganjalan rel kereta api.
Tekstur roti gambang khas. Ketika digigit, kesan pertamanya memang keras bagian luarnya. Tapi pas interiornya, kita akan temukan tekstur yang lebih lembut, mempur, agak chewy. Bukan lembut kayak roti-roti Asia jaman sekarang, lho. Lembut tapi padat. Cocok jadi pengganjal rel, eh perut kita ding ^0^ Rasanya tidak terlalu manis.
Kemarin pas bikin, saya keliru menakar gula dan airnya. Sepertinya air terlalu banyak sehingga akhirnya kurang manis. Mendidihkannya juga tak sampai kental seperti sirup. Kekeliruan lainnya masalah tepung. Di resep, tertulis penggunaan tepung protein tinggi. Bodohnya saya skip karena sok tahu beranggapan kalau pake tepung ini kemungkinan kurang lembut rotinya. Setelah terlanjur diaduk, tangan saya langsung lengket-lengket. Baru sadar, tepung protein rendah cenderung menyerap air lebih banyak sehingga adonan lebih cepat lengket dan basah. Konsekuensinya (cailee konsekuensi...) pas bentuk-bentuk adonan jadi sulit. Adonan nempel-nempel ditangan. Tapi Alhamdulillah selesai dipanggang, roti gambang saya selamat. Tekstur luar keras, tapi dalamnya lembut. Yang terpenting, rotinya masih mengembang.
Kemarin pas bikin, saya keliru menakar gula dan airnya. Sepertinya air terlalu banyak sehingga akhirnya kurang manis. Mendidihkannya juga tak sampai kental seperti sirup. Kekeliruan lainnya masalah tepung. Di resep, tertulis penggunaan tepung protein tinggi. Bodohnya saya skip karena sok tahu beranggapan kalau pake tepung ini kemungkinan kurang lembut rotinya. Setelah terlanjur diaduk, tangan saya langsung lengket-lengket. Baru sadar, tepung protein rendah cenderung menyerap air lebih banyak sehingga adonan lebih cepat lengket dan basah. Konsekuensinya (cailee konsekuensi...) pas bentuk-bentuk adonan jadi sulit. Adonan nempel-nempel ditangan. Tapi Alhamdulillah selesai dipanggang, roti gambang saya selamat. Tekstur luar keras, tapi dalamnya lembut. Yang terpenting, rotinya masih mengembang.
Kemarin coba bereksperimen dengan roti gambang lagi. Kali ini gulanya dilelehkan sampai kental seperti sirup tapi harus tetap bisa mengalir, bukannya kaku kayak adonan permen. Alhasil wanginya lebih kuat dan warnanya lebih gelap. Tepung protein tinggi juga dipakai di percobaan ini. Nurut ama resep, dahhh. Ternyata resep enggak pake bohong. Adonan awal memang terlihat lembek, tapi setelah didiamkan 30 menit jadi lebih mudah dibentuk-bentuk. Bye-bye tangan lengket... Sesuai janji, bentuknya dibuat lonjong panjang. Kemarin bentuknya membulat, aneh dan berhasil menjadi bahan tertawaan adik. Sebaiknya enggak usah dipipihin karena pas pemanggangan akan melebar dengan sendirinya.
Hasil eksperimen kedua Alhamdulillah lebih baik dari yang pertama. Rasa lebih manis, bentuknya mirip roti gambang hehe, dan teksturnya lebih mempur, beremah, tapi ada chewy-chewy-nya.
Resep Roti Gambang
Hasil eksperimen kedua Alhamdulillah lebih baik dari yang pertama. Rasa lebih manis, bentuknya mirip roti gambang hehe, dan teksturnya lebih mempur, beremah, tapi ada chewy-chewy-nya.
Resep Roti Gambang
Hasil : 10 pcs @ 50 g
Bahan-Bahan :
Tepung terigu protein rendah 150 g ( saya pakai 200 g)
Tepung terigu protein tinggi 150 g (saya pakai 100 g)
Telur 1 butir
Margarin 25 g
Garam 1/2 sdt
Baking powder 1/2 sdt
Baking soda 1/2 sdt
Bumbu spekoek 1 sdt
Sirup :
Gula jawa 150 g (diiris tipis-tipis) (saya 165 g gula semut ditambah 1 sdm gula pasir)
Air 150 g
Cokelat pasta 1 sdt (enggak pake)
Cara Membuat :
1. Sirup : Panaskan gula dan air diatas api kecil sampai larut dan kental. Diamkan hingga dingin. Tambahkan cokelat pasta. Aduk dan ukur hingga volumenya 140 ml.
2. Campur dan aduk rata tepung terigu, bumbu spekoek, baking powder, baking soda, dan garam.
3. Campurkan telur dan margarin, aduk rata.
4. Masukkan larutan gula sedikit demi sedikit. Aduk rata.
5. Diamkan 30 menit.
6. Timbang adonan 50 g. Bentuk adonan lonjong panjang. Letakkan di loyang yang ditaburi tipis dengan terigu (saya hanya dialasi kertas panggang).
7. Olesi permukaan dengan air lalu taburi wijen.
8. Panggang dalam oven yang telah dipanaskan di suhu 160 C selama 20 menit sampai matang.
Yuk, bikin ;)
Salam Maniessss ^____^
Referensi :
Tabloid Saji Edisi 267 (15 - 28 Mei 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar